merensinovel dengan judul Analisis Unsur Instrinsik dalam NovelRanah 3 Warna karya Ahmad Fuadi, diantaranya :1.1.1 Untuk mengetahui unsur-unsur instrinsik dalam novelRanah 3 Warna karya Ahmad Fuadi1.1.2 Untuk mengetahui nilai pendidikan yang terkandungdalam novel Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi BAB 2GAMBARAN UMUM2.1Identitas Buku 1)2)3)4)5)6)7)8)
IDENTITAS BUKU a. Judul buku Ranah 3 Warna b. Pengarang Ahmad Fuadi c. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama d. Cetakan ke- 5 e. Jumlah halaman 473 halaman f. Jenis kertas Book paper g. Tahun terbit Januari 2011 h. Negara Indonesia i. Bahasa Bahasa Indonesia, Arab, Minang, Inggris, dan Prancis. j. Genre Pendidikan, Religi, Roman k. ISBN 978-979-22-6325-1 Sinopsis Alif baru saja tamat dari Pondok Madani. Dia bahkan sudah bisa bermimpi dalam bahasa Arab dan Inggris. Impiannya? Tinggi betul. Ingin belajar teknologi tinggi di Bandung seperti Habibie, lalu merantau sampai ke Amerika. Dengan semangat menggelegak dia pulang ke Maninjau dan tak sabar ingin segera kuliah. Namun kawan karibnya, Randai, meragukan dia mampu lulus UMPTN. Lalu dia sadar, ada satu hal penting yang dia tidak punya. Ijazah SMA. Bagaimana mungkin mengejar semua cita-cita tinggi tadi tanpa ijazah? Terinspirasi semangat tim dinamit Denmark, dia mendobrak rintangan berat. Baru saja dia bisa tersenyum, badai masalah menggempurnya silih berganti tanpa ampun. Alif letih dan mulai bertanya-tanya “Sampai kapan aku harus teguh bersabar menghadapi semua cobaan hidup ini?” Hampir saja dia menyerah. Rupanya “mantra” man jadda wajada saja tidak cukup sakti dalam memenangkan hidup. Alif teringat “mantra” kedua yang diajarkan di Pondok Madani man shabara zhafira. Siapa yang bersabar akan beruntung. Berbekal kedua mantra itu dia songsong badai hidup satu persatu. Bisakah dia memenangkan semua impiannya? Ke mana nasib membawa Alif? Apa saja 3 ranah berbeda warna itu? Siapakah Raisa? Bagaimana persaingannya dengan Randai? Apa kabar Sahibul Menara? Kenapa sampai muncul Obelix, orang Indian dan Michael Jordan dan Kesatria Berpantun? Apa hadiah Tuhan buat sebuah kesabaran yang kukuh? Ranah 3 Warna adalah hikayat bagaimana impian tetap wajib dibela habis-habisan walau hidup terus digelung nestapa tak berkesudahan. Tuhan sungguh bersama orang yang sabar. Ringkasan Novel Ranah 3 Warna ini menceritakan tentang kesungguhan seseorang yang ingin membuktikan kepada semua orang bahwa ia bisa menggapai apa yang ia inginkan, walaupun orang lain memandangnya sangat mustahil akan terjadi. Itulah yang terjadi pada tokoh Alif pada novel ini, yang diceritakan bahwa ia benar-benar ingin menjadi Habibie dan sekolah di Amerika seperti cita-citanya waktu masih sekolah di MTsN bersama Randai temannya. Ia bertekad akan segera kuliah walaupun harus mengikuti ujian persamaan SMA untuk mendapatkan ijazah, karena di Pondok Madani tidak mengeluarkan ijazah SMA, setelah itu barulah bisa untuk mengikuti ujian UMPTN. Ia kerahkan seluruh usaha agar mendapatkan hasil yang terbaik. Dan pada akhirnya perjuangannya tidak sia-sia sehingga ia lulus dan masuk Universitas Padjadjaran di Bandung jurusan Hubungan Internasional. Walau bukanlah jurusan Teknik Penerbangan ITB seperti yang ia inginkan, tetapi dari Universitas itulah kesuksesannya berawal. Tiba waktunya ia harus ke Bandung, memulai kuliah. Sejak saat itu, ia tinggal bersama Randai dalam satu kamar kos. Ia berjanji sampai mendapatkan kos yang baru, baru ia akan tinggal di tempat yang lain. Alif memasuki masa yang baru, menjadi seorang mahasiswa. Alif harus melewati serangkaian ospek untuk bisa lebih mengenali kampus dan berkenalan dengan teman-temannya yang baru. Ada Wira, Agam, dan Memet. Saat masuk Kampus banyak sekali permasalahan dan pengalaman yang ia dapat selama kuliah di Bandung mulai dari masalah uang bulanan, tidak ada uang untuk membayar buku, belajar menulis dengan Bang Togar yang sangat menguras pikirannya. Saat belajar menulis dengan Bang Togar, Alif langsung diberi tantangan untuk membuat satu artikel dan dikumpulkan keesokan harinya. Setelah ia mengumpulkan tulisannya, Bang Togar tanpa ampun memberi tanda silang besar pada artikel yang Alif buat. Setelah itu Alif pun memperbaiki tulisannya tersebut. Tidak sia-sia, artikel yang ia buat akhirnya dimuat di majalah Kutub. Alif pun membeli 3 majalah kutub yang akan ia kirim untuk orang tuanya, untuk dipamerkan ke Randai, dan untuk dirinya sendiri. Namun, Alif memilih berhenti belajar dengan Bang Togar, dikarenakan metode pembelajaran menulis yang Bang Togar berikan sangat berat dan menyiksa diri. Alif juga berkenalan dengan Raisa, cewek yang dikenalinya sehabis turun dari angkot waktu itu. Ia jatuh cinta pada gadis yang mempesona itu. Alif telah melewati semester satu. Ia senang ketika mendapatkan hasil belajar yang baik. Setelah beberapa hari, Amak mengirim Alif surat yang menyatakan akan ke Bandung dalam beberapa hari. Alif pun sangat senang serta meminta Randai untuk meminjamkan kamarnya dalam beberapa hari. Namun setelah beberapa hari, Amak mengirimkan telegram yang berisi bahwa Alif disuruh untuk pulang ke Maninjau karena Ayah sedang di rumah sakit. Dengan bekal uang pinjaman uang dari Randai, Alif pun pergi ke Maninjau. Setelah sampai di Maninjau, Alif langsung pergi ke Rumah Sakit tempat Ayah di rawat. Di Rumah Sakit ia melihat Ayahnya terbaring lemah, ia pun menghampiri Ayahnya dengan wajah sangat sedih. Alif menceritakan pengalaman yang telah ia dapatkan selama kuliah di Bandung. Kemudian ia melihat kamera tua yang selalu di bawa Ayah kemana pun Ayah pergi. Disaat itulah Alif beserta keluarga berfoto bersama dengan kamera Ayah. Setelah beberapa hari Ayah dirawat, akhirnya Ayah boleh pulang kerumah, mendengar kabar tersebut alif sangat senang. Keesokan harinya Alif berencana untuk balik ke Bandung. Tapi, ketika Amak membangunkan Alif saat subuh, kondisi Ayah semakin memburuk dan pada akhirnya Ayah menghembuskan nafas terakhirnya. Banyak sekali kenangan yang Alif lalui bersama Ayah. Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, Ayah berwasiat kepada Alif untuk menjaga Amak dan kedua Adiknya, dan juga untuk menyelesaikan apa yang telah ia kerjakan. Setibanya di Bandung, ia disambut hangat oleh teman-temannya, termasuk Randai. Mereka mengucapkan rasa belasungkawa atas meninggalnya Ayah Alif. Alif kini harus melewati hari-hari normal dalam berkuliah. Namun ia sadar, Amaknya di Kampung sana bekerja keras membanting tulang sendirian untuk dapat membiayai Alif. Ia tak tega dan merasa terlalu memberatkan Amaknya. Ia pun berusaha bagaimana caranya untuk bisa membiayai diri sendiri dan juga keluarganya di Kampung. Maka ia mulai menjual produk-produk yang digemari ibu-ibu. Ia berjualan songket, kain tenun, mukena, bahkan aksesoris lainnya. Dan bahkan menjadi guru privat. Ia menekan segenap ego dan gengsi. Nilai-nilai kuliah Alif sempat turun, bahkan beberapa ada nilai yang C dan D. Ia sangatlah fokus pada pekerjaannya. Dan ketika Alif bekerja door to door saat liburan kuliah ia mendapat musibah, ia di rampok oleh orang yang tak dikenal. Setelah babak belur, ia pulang dengan tangan kosong dan juga kehilangan si Hitam, sepatu dari Ayahnya. Ketika sampai di rumah kos, saat ingin membuka pintu seluruh tubuhnya kaku dan tiba-tiba ia pingsan bagai seseorang di tembak sniper. Ternyata Alif menderita penyakit tifus, ia pun dirawat selama kurang lebih 1 bulan. Setelah semua cobaan silih berganti, ia hampir putus asa. Lalu ia teringat suatu kalimat di Pondok Madani “Man shabara zhafira” yang artinya siapa yang sabar akan beruntung. Pada akhirnya ia mengambil jalan sebagai penulis dengan menemui Bang Togar lagi. Akhirnya keseriusannya dalam menulis berhasil membuat tulisannya masuk Koran Manggala. Melalui tulisan yang ia buat, ia mendapatkan uang tambahan dan bisa mengirim uang untuk Amak di Kampung. Suatu ketika, Alif berselisih paham dengan sahabat karibnya, Randai. Gara-gara Alif meminjam komputernya, hubungan persahabatan mereka nampak renggang. Akhirnya, sejak saat itu Alif memutuskan untuk mencari kos baru dan ia pun berjanji dalam hati untuk tidak meminjam barang kepada orang lain. Alif semakin bersemangat menjalani hidupnya. Impiannya sudah banyak yang terkabul. Kini ia punya mimpi yang besar yaitu mendapat beasiswa ke luar negeri. Dalam perjalanan kuliahnya, Alif mencoba mengikuti tes pertukaran pelajar ke Amerika, bermodalkan niat dan tekad, Alif pun berhasil lolos dengan berbagai pertimbangan yang diberikan oleh panitia. Kanada adalah tempat yang akan Alif tuju, impiannya untuk menginjakkan kaki di Amerika akhirnya tercapai. Raisa yang merupakan perempuan yang Alif sukai juga lolos seleksi pertukaran pelajar. Alif menambah banyak teman dari rombongan pertukaran pelajar tersebut. Tiba waktunya Alif beserta para duta Indonesia pergi ke Kanada untuk melaksanakan misi pertukaran mahasiswa. Ia bertemu dengan teman-teman yang unik, temasuk Rusdi sang ksatria berpantun. Ketika sesampainya di Kanada, kelompok dibagi oleh sang kakak pemandu. Alif ditempatkan di Quebec bersama homologuenya, Francois Pepin. Mereka pun sangat beruntung memiliki orangtua angkat yang baik, Frandinand dan Mado. Sejak mengikuti pertukaran itu, Alif pun semakin berambisi untuk bisa mempersembahkan medali emas dan menunjukkan kepada dunia bahwa ia bisa berprestasi. Ia ingin mengalahkan Rob, pemuda berkebangsaan Kanada yang arogan itu. Akhirnya, dengan kerja keras dan memantapkan segenap daya dan upayanya berdasarkan “Man Jadda Wajada”, ia berhasil bersama Francois Pepin merebut medali emas. Bersama duta Indonesia yang lain di Kanada, Alif berhasil membawa nama Indonesia. Mereka sukses mempertunjukkan kebolehan mereka memainkan tarian adat dan memasak makanan asli Indonesia yang memikat. Semakin menggelegak semangat mereka memperjuangkan tanah sendiri di rantau. Setahun berlalu, Alif dan rombongan pertukaran pelajar kembali ke Indonesia. Beberapa tahun kemudian, Alif lulus. Tapi di hari kelulusan itu, saat dia ingin menyerahkan surat tersebut ke Raisa, hal yang tidak disangka terjadi, Raisa telah bertunangan dengan Randai! Dengan perasaan yang campur aduk dia berusaha mencoba untuk menerimanya. Setelah 10 tahun, Alif menepati janjinya dengan orang tua angkatnya, Frandinand dan Mado untuk mengunjungi mereka kembali di Kanada dengan seorang istrinya. Di puncak bukit kota itu dia menatap terbitnya matahari dengan istrinya, dia bernostalgia dengan perjuangannya yang keras dia bisa menjadi besar seperti ini, berkat 2 mantra dari Pondok Madani “man jadda wajada” dan “man shabara zhafira”. Alif berhasil melalui ranah 3 warna, yaitu Bandung, Amman, dan Saint Raymond. Kesimpulan Alif, lulusan Pondok Madani yang bercita-cita ingin masuk universitas negeri. Ia berjuang sangat keras sampai harus mengulang pelajaran SMA. Akhirnya, ia berhasil masuk UNPAD lewat UMPTN. Banyak rintangan yang ia lalui dalam menempuh hidupnya, apalagi setelah kematian Ayahnya yang membuat Alif hampir putus asa. Tapi buku diarynya semasa di pondok membuatnya bangkit kembali. Ingatannya kembali ke masa di mana Kyai Rais, sosok tauladan Pondok Madani, memberi nasihat dan petuah. Beliau selalu memberi jurus ampuh seperti jurus dua golok dan mantra sakti “Man shabara zhafira”. Sejak mengingat mantra itu, Alif selalu dapat menyelesaikan masalahnya yang terus datang. Sampai akhirnya, semua mimpi Alif tercapai. Ia berhasil menginjak tanah Amman, ke Amerika mewakili pelajar Indonesia, menjadi relawan di stasiun TV di Kanada. Kelebihan Cover novel ini sangat menarik dan pada novel ini terdapat bahasa Minang, Inggris, Arab, dan juga Perancis yang sudah dilengkapi dengan arti dari kata yang memakai bahasa asing tersebut, sehingga pembaca mudah memahaminya. Jenis kertas yang digunakan adalah book paper. Book paper ringan dan memiliki warna kekuning-kuningan yang hangat, sehingga kertas ini menambah “nilai” buku. Buku menjadi lebih nyaman dibawa dan dibaca. Novel ini juga memiliki pembatas halaman buku yang berbentuk daun maple. Kekurangan Namun faktanya book paper lebih mahal harganya daripada kertas koran sehingga harga novel pun jadi lebih mahal. Isi novel ini juga ada beberapa kata yang salah ketik. I. UNSUR INTRINSIK 1. Tema Umum Cita-cita 2. Tema Khusus Perjuangan dalam meraih cita-cita 3. Tokoh dan watak a Alif Tokoh “aku” dan tokoh utama. – Pekerja keras Pintu kamar pun aku kunci dan sudah berhari-hari aku mengurung diri, hanya ditemani bukit-bukit buku. – Tidak mudah putus asa dan ikhlas Akhirnya aku memilih untuk ikhlas saja, walau diperlakukan dengan keras. Hari ini aku sibuk sekali karena harus memperbaiki naskah, mengetik ulang, mengantar dan dicoret Bang Togar. Sampai berulang-ulang. – Selalu bersyukur Aku mendapatkan teman yang baik dan pengalaman yang sangat aku impikan sejak dulu. Sudah seharusnya aku selalu bersyukur. – Sabar dalam menghadapi banyak cobaan Surat ini sesungguhnya mewakili sebuah pelabuhan keberuntungan yang bahagia setelah berkayuh melalui laut penuh badai dan gelombang ganas hanya bermodalkan baju sabar. Man shabara zhafira. – Bertawakal Aku mencoba menghibur diriku. Toh aku telah melakukan usaha diatas rata-rata. Telah pula aku sempurnakan kerja keras dengan doa. Sekarang tinggal aku serahkan pada Tuhan. Aku coba ikhlaskan semuanya. – Patuh kepada orangtua “Nak, sudah wa’ang patuhi perintah Amak untuk sekolah agama, kini pergilah menuntut ilmu sesuai keinginanmu.” kata Amak. b Randai Teman Alif sejak kecil yang selalu bersaing dalam meraih impian. – Merendahkan orang lain “Hmm, kuliah di mana setelah pesantren? Emangnya wa’ang bisa kuliah ilmu umum? Kan tidak ada ijazah SMA? Bagaimana akan bisa ikut UMPTN?” – Setia kawan, baik hati, mau menolong “Lif, kita kan kawan, tinggal saja dulu di sini sampai ketemu kos yang pas.” – Pemarah “Mana mungkin wa’ang bisa bantu. Ini kan pelajaran Teknik, pasti nggak ngerti!” suaranya meninggi “Tadi diapakan ini? Bertahun-tahun komputer ini tidak pernah rusak!” Tangannya sekarang membuka kap CPU dengan kasar, mencabut beberapa kabel sekali renggut dengan keras. c Raisa Teman sekaligus tetangga Alif di Bandung, dan Alif jatuh hati padanya. – Ramah, penuh senyum, adil Dalam pandanganku, Raisa dengan adil membagi perhatian, senyum, dan tawa yang sama kepada ceritaku dan Randai. – Percaya diri Acara ditutup dengan Raisa tampil di depan. Seragam jas biru tua semakin menambah aura percaya dirinya yang besar. d Amak Ibu Alif. – Baik hati, bijaksana, penyayang “Nak, sudah wa’ang patuhi perintah Amak untuk sekolah agama, kini pergilah menuntut ilmu sesuai keinginanmu. Niatkanlah untuk ibadah, Insya Allah selalu dimudahkanNya. Setiap bersimpuh setelah salat, Amak selalu berdoa untuk wa’ang.” e Ayah Ayah Alif. – Menepati janji “Alif, ini semua formulir yang harus diisi. Waktu ujian persamaan SMA tinggal 2 bulan lagi. Sekarang tugas wa’ang untuk belajar keras.” – Penuh perhatian “Ayah dan Amak akan doakan dengan sepenuh hati.” kata Ayah menatapku. Tangannya mengusap kepalaku sekilas. – Keras kepala Sebetulnya, Pak Mantri Pian sudah menganjurkan Ayah untuk banyak beristirahat, tapi dia tetap juga keras kepala untuk batanggang menonton Piala Eropa bersamaku sampai subuh. – Bijaksana “Nak, ingat-ingatlah nasihat para orangtua kita. Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Jangan lupa menjaga nama baik dan kelakuan.” f Kiai Rais Kepala Pondok Pesantren Madani. – Teladan, bijaksana “Cobalah bayangkan. Kalian yang dikaruniai bakat hebat dan otak cerdas adalah bak golok tajam yang berkilat-kilat. Kecerdasan kalian bisa menyelesaikan beberapa masalah. Tapi kalau kalian tidak serius, tidak sepenuh tenaga dan niat, maka kalian tidak akan maksimal, misi tidak akan sampai, usaha tidak akan berhasil.” g Bang Togar Kepala redaksi koran tempat Alif bekerja. – Keras, agak sombong “Tapi dia sangat keras dan agak sombong. Banyak yang mau belajar menulis sama dia, tapi sering ditolak atau orang itu gagal di jalan.” kata Mitra berbisik. h Rusdi Teman satu grup Alif yang unik dan pandai berpantun. – Percaya diri “Tapi kitalah, ya kita, yang sebetulnya laki-laki berkualitas terbaik. Kitalah manusia unggul.” – Mudah bergaul Tidak jauh dariku, Rusdi juga sedang berkenalan dengan beberapa orang lain. Tidak butuh waktu lama untuk membuat anak-anak Kanada ini mengerubungi Rusdi. i Francois Pepin Homologue Alif di Quebec. – Lucu, murah senyum, baik hati Aku kembali tertawa melihat mimiknya, mulut tersenyum lebar, alis terkembang, mata terbelalak. Mungkin aku tidak dapat mitra bahasa Inggris, tapi setidaknya aku mendapat seorang kawan yang baik dan lucu. j Mado Ibu angkat Alif di Quebec. – Baik hati, berhati lembut, penuh perhatian Mado, perempuan berambut pirang yang lembut hati ini selalu telaten membakar roti isi omelet yang gurih buat sarapanku. Sering dia berlari-lari tiba-tiba menyusulku yang sudah naik ke sadel sepeda, hanya untuk memasukkan lagi sebungkus biskuit. k Ferdinand Ayah angkat Alif di Quebec. – Banyak berbuat daripada bicara, perhatian, baik hati Sedangkan Ferdinand banyak berbuat daripada bicara. Aku pernah bilang harus mengirim artikel setiap minggu ke koran di Bandung. Diam-diam dia menghubungi anak sulungnya, Jeaninne yang sudah bekerja di Quebec City, menanyakan apakanh punya komputer yang tidak dipakai. l Kak Marwan Senior di redaksi koran tempat Alif bekerja. – Bijaksana “Tugas kalian adalah sebagai duta muda bangsa di mata orang Kanada. Jadilah cerminan orang Indonesia yang terbaik. Gunakan setiap kesempatan untuk menjadi yang terbaik.” m Wira Teman Alif di Universitas Padjadjaran. – Pemarah, pemberani Di kananku, Wira si kera ngalam yang berparas putih ini telah menjelma seperti udang rebus. Merah padam. Matanya tak lepas-lepas menantang telunjuk Jumbo yang menghardiknya. n Agam Teman Alif di Universitas Padjadjaran. – Mudah bergaul, humoris, baik hati, usil Agam adalah perekat kami. Dia selalu punya humor heboh untuk diceritakan. Agam suka mengikat sepatu orang lain atau melempar bola kertas untuk mengusili teman yang mengantuk. o Memet Teman Alif di Universitas Padjadjaran. – Cinta damai, suka membantu Memet juga berbadan subur, tapi kebalikan dari Agam. Dia pecinta damai dan selalu melarang Agam berbuat usil. Kegiatan utama memet adalah sibuk membantu siapa aja. Kalau kami kehausan, dia akan dengan senang hati memberikan kami botol minum. 4. Amanat Pada novel ini diceritakan bahwa tidak ada sesuatu yang mustahil asalkan seseorang itu mau berusaha keras dan mau bersabar terhadap segala ujian yang sedang dihadapi, karena orang yang bersabar akan mendapatkan sesuatu yang lebih baik dariNya. Kejarlah mimpi dengan kerja keras yang maksimal, berdoa dan berserah diri kepada Allah. Berpegang teguh pada prinsip, memiliki kemauan dan tekad yang bulat, serta tidak mudah menyerah adalah kunci menuju keberhasilan hidup. 5. Alur Campuran 6. Sudut pandang orang pertama pelaku utama. Contoh “Aku diam saja sambil menggigit bibir.” 7. Gaya bahasa Resmi 8. Latar a Latar tempat – Danau maninjau Batu sebesar gajah ini menjorok ke Danau Maninjau, dianungi sebatang pohon kelapa yang melengkung seperti busur. – Kamar Alif Kamarku kini seperti toko barang bekas. – Kampus Kampusku, jurusan Hubungan Internasional, terletak di perbukitan Dago, menempel dengan Dago Tea Huiss. – Depan kos Bang Togar Dengan terengah-engah aku sampai juga di depan kos Bang Togar. – Bandung Hampir setahun aku di Bandung. – Rumah Kos Randai Akhirnya aku sampai di rumah Kos Randai, sebuah rumah yang terjebak diantara rumah-rumah penduduk di salah satu ujung gang. – Maninjau Dengan duit pinjaman dari Randai, malam itu juga aku pulang ke Maninjau. – Cibubur Begitu menginjakkan si Hitam di gerbang kamp persiapan Cibubur. – Kota Amman Begitu satu bus besar kami membelah Kota Amman, semua mata kami kini terbuka lebar. – Montreal Setelah beberapa hari di Montreal, aku mulai berani untuk berjalan-jalan sendiri. – Kanada Ternyata berburu di Kanada merupakan sebuah olahraga dan budaya. b Latar waktu – Setahun Lalu Setahun lalu, beliaulah yang datang. – Sudah beberapa minggu Sudah beberapa minggu Ayah terserang batuk. – Seminggu Seminggu ini aku rasanya ingin terus mengulum senyum. – Empat tahun lalu Empat tahun lalu aku merantau ke Pondok Madani. – Suatu pagi Pada suatu pagi, Bandung begitu gelap seperti sudah malam. – Hampir setahun Hampir setahun aku di Bandung. – Seminggu berlalu Seminggu berlalu. – Hari Minggu pagi Hari Minggu pagi ini, Mado dan Ferdinand terus mondar mandir di dapur. – Lebih dari setengah jam Lebih dari setengah jam, Rusdi melampiaskan kegembiraannya, sampai aku iri dengan nasib baiknya ini. – Beberapa bulan Tidak terasa sudah beberapa bulan aku tinggal di tanah berbahasa Prancis ini. – Hitungan bulan Dalam hitungan bulan, pelan-pelan, kami anak-anak Indonesia menjelma menjadi selebriti lokal di Saint Raymond. c Latar suasana – Menegangkan Semakin dekat waktu pengumuman semakin kacau mimpiku dan semakin tidak enak makanku. – Menyedihkan Lalu beberapa isakan pecah pelan-pelan. Terbit dari arah Amak dan Adik-adikku. Pikiran-pikiran aneh muncul silih berganti. Safya si bungsu yang sangat lengket dengan Ayah terus memegang lengan Ayah. – Mengharukan Rasanya setiap helai bulu di badanku berdiri tegak, seakan ingin ikut menghormat bendera. – Menyenangkan Aku kini sudah jadi pemuda dewasa, lengkap dengan semua syarat yang disampaikan Raisa. Saatnya aku akan sampaikan surat penting. II. UNSUR EKSTRINSIK 1. Nilai Religius – Manusia berencana, Allah yang menentukan. Apabila kita telah berusaha dengan segenap daya dan upaya, maka berserah dirilah dengan tetap mengharap ridha Allah. Contoh Telah pula aku sempurnakan kerja keras dengan doaa. Sekarang tinggal aku serahkan kepada putusan Allah. Aku coba ikhlaskan semuanya. – Kita harus sabar dalam menjalani hidup. Contoh Perjuangan tidak hanya butuh kerja keras, tapi juga kesabaran dan keikhlasan untuk mendapat tujuan yang diimpikan. Kini, terang di mataku, inilah masa paling tepat bagiku untuk mencoba bersabar. Agar aku beruntung. Agar Allah bersamaku.” 2. Nilai Moral – Sebagai sesama makhluk ciptaan Allah, kita tidak boleh merendahkan dan meremehkan kemampuan orang lain. Setiap manusia berhak memiliki kesempatan yang sama untuk meraih keberhasilan. Contoh “Hmm, kuliah dimana setelah pesantren? Emangnya wa’ang bisa kuliah ilmu umum? Kan tidak ada ijazah SMA? Bagaimana akan bisa ikut UMPTN?” – Tetaplah menjadi diri sendiri dan berlaku baik dalam segala hal, termasuk bersikap jujur. Contoh Joki? Aku menggeleng keras untuk perjokian. Apa gunanya ajaran Amak dan Pondok Madani tentang kejujuran dan keikhlasan? – Berbakti kepada kedua orang tua. Contoh Aku mengambil piring bubur dari tangan Amak. Sesendok demi sesendok aku suapi ayah. Sesekali aku bersihkan sisi bibirnya dengan saputangan. 3. Nilai Sosial – Sebagai makhluk sosial kita harus saling tolong-menolong dalam setiap keadaan. Contoh Untunglah Zulman, temanku yang resik menjaga catatannya, dan Elva, yang punya semua buku SMA, bersedia meminjamiku. – Sedekahkan rezeki yang kita miliki kepada orang yang lebih membutuhkan. Contoh Sore itu, aku datangi sebuah panti asuhan di Jalan Nilem. Aku kais-kais lembar terakhir isi dompetku dan aku serahkan ke bapak pengurus panti itu. – Menjaga kepercayaan adalah hal yang penting dalam persahabatan. Contoh Aku merasa ada sesuatu yang longsor dari hubunganku dan Randai. Kepercayaan. Dan sialnya, masalah kepercayaan ini rusak hanya gara-gara pinjam-meminjam. 4. Nilai Budaya – Kebiasaan yang pernah atau sering dilakukan tokoh bersama tokoh yang lain. Contoh Sejak kecil aku sering diajak Ayah menonton pertandingan sepak bola, mulai dari kelas kampung sampai kabupaten. Selain berburu durian, menonton sepak bola adalah waktu khusus aku dengan Ayah. Hanya kami berdua saja. 5. Nilai Pendidikan – Memiliki mimpi dan kemauan yang keras untuk meraih mimpi. Niat adalah awal yang baik untuk memulai mimpi. Contoh Pagi itu, dengan mengepalkan tinjuku, aku bulatkan tekad, aku bulatkan doa aku akan lulus ujian persamaan SMA dan berperang menaklukkan UMPTN. Aku ingin membuktikan kalau niat kuat telah dihunus, halangan apa pun akan aku tebas. – Tetap optimis, tetap berjuang dan tetap semangat. Contoh Semakin banyak yang melihat aku dengan sebelah mata, semakin menggelegak semangatku untuk membuktikan bahwa kita tidak boleh meremehkan orang lain, bahkan tidak boleh meremehkan impian kita sendiri, setinggi apa pun. – Jangan bermalas-malasan. Contoh “Coba kau lihat. Berapa pun mereka bekerja keras, kemungkinan besar mereka tetap jadi orang miskin. Begitu juga anak keturunan mereka nanti. Begitu seterusnya. Sedangkan kau, boleh tidak punya duit, tapi kau ada kesempatan untuk berhasil, bahkan membantu orang seperti mereka. Mereka tidak punya akses untuk pendidikan, kau punya. Kau orang yang beruntung. Tidak pantas kau malas!” – Dengan kesungguhan dan keseriusan belajar, kita dapat meraih kesuksesan. Contoh Usaha yang sungguh-sungguh dan sabar akan mengalahkan usaha yang biasa-biasa saja. Kalau bersungguh-sungguh akan berhasil, kalau tidak serius akan gagal. Kombinasi sungguh-sungguh dan sabar adalah keberhasilan. Kombinasi man jadda wa jada dan man shabara zhafira adalah kesuksesan. 6. Nilai Estetika – Berkaitan dengan unsur keindahan yang nampak dalam kehidupan tokoh sehari-hari. Contoh Langit bersih terang, Bukit Barisan menghijau segar, air Danau Maninjau yang biru pekat, dan angin danau yang lembut mengelus ubun-ubun.
TinggiBandunglalumerantauuntukmenggapaijendeladuniasampaikeAmerika Resensi Novel Ranah 3 Warna SEMUA PENTING May 12th, 2019 - Novel Ranah 3 Warna adalah
0% found this document useful 0 votes0 views2 pagesOriginal TitleRESENSI BUKU RANAH 3 WARNACopyright© © All Rights ReservedShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes0 views2 pagesResensi Buku Ranah 3 WarnaOriginal TitleRESENSI BUKU RANAH 3 WARNAJump to Page You are on page 1of 2 You're Reading a Free Preview Page 2 is not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
Resensidari Novel Yang Berjudul Ranah 3 Warna . Identitas Novel : Judul : Ranah 3 Warna Penulis : A. Fuadi Tahun Terbit : 2011 Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama Tebal Buku : 473 . Latar Belakang Penulis : A Fuadi lahir di nagari Bayur, sebuah kampung kecil di pinggir Danau Maninjau tahun 1972, tidak jauh dari kampung Buya Hamka.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. [caption id="attachment_95443" align="alignleft" width="300" caption="Ranah 3 Warna source pict. Masih ingat tokoh Alif dalam novel Negeri 5 Menara? Nah, di buku Ranah 3 Warna ini kisah tentang Alif dapat kembali kita ketahui kelanjutannya. Buku kedua dari trilogi Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi ini adalah sebuah buku yang layak mendapatkan apresiasi. Buku yang berkisah tentang seorang Alif yang berusaha keras dan sungguh-sungguh menjalani kehidupannya, meraih cita-citanya. Berbagai hikmah bermanfaat dapat kita petik dari novel setebal 470an halaman ini. Jika di buku pertama dari Trilogi Negeri 5 Menara kita mendapatkan pelajaran "Man Jadda Wajada" siapa yang bersunggung-sungguh akan sukses, maka di buku yang kedua ini ada satu tambahan pelajaran lagi, yaitu "Man Shabara Zhafira" siapa yang bersabar,akan beruntung. Ternyata keberhasilan, kesuksesan, atau apapun yang bermakna pencapaian itu tidak hanya cukup dengan bersungguh-sungguh, tapi juga harus diiringi konsep sabar. Sabar dalah hal ini tidak berarti diam yaa... Heheee.. Hmm.. buku ini sangat menarik. Ada beberapa bagian yang cukup berhasil mengucurkan air mata karena memang mengharukan. Beda dengan saat saya membaca Negeri 5 Menara, tak ada air mata yang harus keluar meskipun rasa haru juga ada. Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi ini cukup menggugah emosi. Rasa emosinya sama seperti ketika saya membaca Sang Pemimpi dan Edensor karya Andrea Hirata, serta Galaksi Kinanti karya Tasaro GK. Tentang bagaimana seseorang yang dianggap bukan siapa-siapa dan tidak punya apa-apa, pada akhirnya mencapai cita-citanya. Buku ini juga menggambarkan bagaimana kondisi mahasiswa yang merantau, bagaimana besarnya tantangan untuk dapat menjadi seorang penulis, sekaligus bagaimana menjadi seseorang yang dapat membanggakan keluarga. Sebuah karya yang ringan namun padat hikmah, semuanya terangkum dalam kisah hidup Alif di Bandung, Amman, dan Amerika.. Ranah 3 Warna.. Mengutip penggalan kalimat dari halaman penutup novel ini.. "... Jarak antara sungguh-sungguh dan sukses hanya bisa diisi dengan sabar. Sabar yang aktif, sabar yang gigih, sabar yang tidak menyerah, sabar yang penuh dari pangkal sampai ujung yang paling ujung yang paling ujung..." "Bagaimanapun tingginya impian, dia tetap wajib dibela habis-habisan walau hidup sudah digelung oleh nestapa akut. Hanya dengan sungguh-sungguhlah jalan sukses terbuka. ... Man shabara zhafira. Siapa yang sabar akan beruntung" Selengkapnya, berikut identitas bukunya Judul Ranah 3 Warna Penulis A. Fuadi Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Cetakan Kedua Januari 2011 Semoga bermanfaat!.. ^_^ Lihat Catatan Selengkapnya
Alifberhasil melalui ranah 3 warna yaitu Bandung, Amman, dan Saint Raymond. Amanat Novel: Dalam hidup ini, ternyata "man jadda wajadda" saja tidak cukup. Ada jarak terbentang di antara sungguh-sungguh dan sukses. Jarak yang harus ditempuh dengan sabar aktif. "Man shabara zhafira" (barang siapa yang sabar pasti akan beruntung).
1Judul Novel Ranah 3 Warna Pengarang Ahmad Fuadi Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Tahun Terbit 2011 Cetakan ke I Harga Rp. Jumlah Halaman 473 Ranah 3 warna adalah buku ke-2 dari trilogy Negeri 5 Menara. Ditulis oleh Ahmad Fuadi yang lahir di Bayur, kampung kecil di pinggir Danau Maninjau tahun 1972. Dia menyelesaikan pendidikannya di SD Manggopoh, SD Koto Baru, SDN 1 Padang Luar, MTsN Gantiang, Padang Panjang, Pondok Modern Gontor dan lulusan kuliah Hubungan Internasional, UNPAD. Dia mendapatkan beasiswa Cheventing Award untuk belajar di Royal Holloway, University of London untuk bidang film dokumenter, sampai sekarang dia telah mendapatkan 8 beasiswa untuk belajar keluar negeri, dan juga mendapat kesempatan tinggal dan belajar di Kanada, singapura, Amerika Serikat dan Inggris. Selain itu penghargaan yang telah diraih oleh Ahmad Fuadi ini antara lain Nominasi Khatulistiwa Award 2010 untuk Novel Negeri 5 Menara yang merupakan novel pertamanya dan juga mendapat penghargaan sebagai Penulis dan Buku Fiksi Terfavorit 2010 versi Anugerah Pembaca Indonesia. Ahmad Fuadi adalah mantan wartawan TEMPO dan VOA, selain itu sekarang dia sibuk menulis, jadi pembaca dan motivator, mulai menggarap film layar lebar Negeri 5 Menara, serta membangun yayasan sosial untuk membantu pendidikan orang yang tidak mampu Komunitas Menara. Novel Ranah 3 Warna ini menceritakan tentang kesungguhan seseorang yang ingin membuktikan kepada semua orang bahwa dia bisa menggapai apa yang dia inginkan, walaupun orang lain memandangnya sangat mustahil akan terjadi. Itulah yang terjadi pada tokoh Alif pada novel ini, yang diceritakan bahwa dia benar-benar ingin menjadi Habibie dan sekolah di Amerika seperti cita-citanya waktu masih sekoloh di MTsN bersama Randai temannya dan dia juga bertekat akan segera kuliah walaupun harus mengikuti ujian persamaan SMA untuk mendapatkan ijazah, karena di PM Pondok Madani tidak mengeluarkan ijazah SMA, setelah itu barulah bisa untuk mengikuti ujian UMPTN. Segala usaha dan upaya dia lakukan agar mendapatkan hasil yang terbaik. Perjuangannyapun tidak sia-sia sehingga dia lulus masuk Universitas Padjadjaran di Bandung jurusan Hubungan Internasional walau bukan Teknik Penerbangan ITB yang dia inginkan selama ini, tetapi dari sanalah kesuksesannya berawal. Selama kuliah di Bandung dia mengalami berbagai macam masalah, seperti minimnya uang bulanan, walau masih cukup hidup sederhana tapi tidak punya uang lebih untuk membeli buku tambahan, ditambah pula pada saat Ayah Alif sudah meninggal dunia karena sakit dia sempat berpiikir akan berhenti kuliah dan pulang kampung, membela Ibu dan adik-adiknya, tapi dia juga sempat galau karena setelah mengingat perjuangannya untuk lulus UMPTN dan juga setelah mengingat nasihat terakhir ayahnya untuk terus melanjutkan apa yang sudah dia mulai. Tapi segala masalah yang dia alami berusaha dia tepis berusaha menjadi lebih tegar dan sabar, sehingga dia pun teringat sesuatu yang telah dia pelajari di PM katamutiara Man Shabara Zhafira yang artinya siapa yang sabar akan mendapatkan hasil yang lebih baik. Untuk mengatasi kesulitan perekonomiannya dia berusaha mencari pekerjaan agar dapat menghasilkan uang untuk keperluan kuliahnya dan juga dia ingin mengirim uang kepada Ibu dan adiknya di kampung karena dia tidak mau membuat Ibunya susah dan mati-matian banting tulang hanya untuk dirinya. Tidak lama setelah itu dia mendapat pekerjaan melalui bantuan dari teman-temannya juga, tapi pekerjaan itu tidak berlangsung lama, karena Alif sempat menderita sakit tipus selama 1 bulan, sehingga pekerjaan yang selama ini dia lakukan seperti menjadi sales, guru privat bisa beralih menjadi penulis yang kebetulan dia menemukan seorang guru yang sangat pandai dalam urusan menulis dan juga merupakan Pimpinan Redaksi Kutub yaitu Bang Togar, diapun berusaha agar bisa menjadi murid Bang Togar yang mau mengajarinya dalam hal menulis. Perjuangan yang dilakukan oleh Alifpun tidak sia-sia, setelah banyak usaha dan coretan yang didapatkannya pada kertas yang berisi tulisan hasil karyanya tersebut, akhirnya tulisannyapun dimuat di majalah kampus dan berlanjut sampai ke Koran Manggala. Melalui menulis itulah dia mendapat hasil yang lebih baik, sehingga dia bisa mengirim uang ke Ibunya. Keinginannya untuk belajar ke Amerikapun akhirnya terwujud melalui program pertukaran pelajar dan Alifpun mengikutinya dan memilih Kanada sebagai negara yang ingin dia kunjungi, disana juga terjadi proses pembelajaran melalui pekerjaan yang di berikan kepada masing-masing mahasiswa yang ada di sana, selain itu mereka juga akan tinggal bersama orang tua angkat mereka di sana. Alif sangat terkesan terhadap negara tersebut, dan bahkan pada suatu hari saat dia tiba di rumah dia mendapati Mado dan Franc orang tua angkat Alif di Kanada bersedih karena setelah mendapat surat bahwa program pertukaran pelajar sudah hampir selesai dan hanya tinggal 2 minggu lagi untuk mahasiswa itu tinggal di sana, sehingga setelah Alif membaca surat tersebut diapun juga terikut sedih dan berjanji terhadap ke dua orang tua angkatnya itu bahwa dia akan kembali lagi ke negara itu dalam beberapa tahun kedepan. Tidak disangka, setelah 11 tahun kemudian, dia kembali lagi ke Kanada bersama istrinya untuk menepati janjinya kepada orang tua angkanya itu. Pada novel ini diceritakan bahwa tidak ada sesuatu yang tidak mungkin asalkan seseorang itu mau berusaha dan mau bersabar terhadap segala ujian yang sedang dihadapi, karena orang yang sabar akan mendapakan sesuatu yang lebih baik dari Allah SWT. Lain halnya pada novel Negeri 5 Menara, novel yang juga merupakan karangan Ahmad Fuadi ini juga menceritakan tentang seseorang kesungguhan seseorang terhadap sesuatu. Tetapi lebiih banyak mengungkapkan tentang Kerja keras seseorang dalam melakukan usaha, seperti yang di ceritakan dalam novel ini bahwa Alif yang sudah tamat MTsN mau melanjutkan sekolah ke SMA Negeri 1 Bukittinggi, karena cita-citanya ynag ingin menjadi Habibie dan mau melanjutkan kuliah di Universitas ITB jurusan Teknik Penerbangan. Tetapi keinginannya itu ditolak habis oleh ibunya yang menginginkan dia menjadi Buya Hamka dan mendalami ilmu agama, oleh karena itu ibunya menyuruh dia untuk masuk ke MAN. Tapi Alif tidak mau mengikuti itu semua karana dia ingin sekali mencapai cita-citanya itu. Sehingga suatu ketika setelah dia menerima surat dari Mamaknya saudara laki-laki Ibu di Minangkabau yang mengatakan bahwa ada sebuah Pondok Pesantren di Jawa Timur yang sangat bagus mutu pendidikannya dan mengatakan bahwa para alumni Pondok Pesantren tersebut sangat fasif berbahasa Inggris dan bahasa Arab, sehingga itu menarik perahatian Alif dan memilih untuk bersekolah di sana daripada harus di kampungnya sendiri. Selama di PM Alif belajar banyak hal sehingga ada suatu mantra yang sangat mujarab baginya yaitu mantra Man Jadda Wajadda yang artinya yaitu siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil. Dan mantra itulah yang selalu ia tanamkan dalam hatinya bahwa setiap kerja keras itu akan menghasilkan sesuatu yang sangat manis di kemudian harinya. Novel ini menceritakan tentang seseorang yang ingin mewujudkan mimpinya seperti Habibie, dan diapun berusaha keras untuk mewujudkan mimpinya itu, walaupuun dia berasal dari keluarga yang sederhana tapi semangatnya untuk menggapai mimpi tak pernah pudar sehingga bisa dikatakan kalau novel ini dapat memotivasi orag lain. Selain itu novel ini juga RESENSI NOVEL RANAH 3 WARNA Resensi 36 Gesmaja Edisi 70 Mei 2013 2dapat membuat seseorang lebih termotivasi untuk berani bermimpi lebih tinggi dan selalu optimis mimpi itu akan terwujud walaupun harus menunggu dalam waktu yang lama. Apa yang sebenarnya terjadi pada novel tersebut? Alif baru saja tamat dari Pondok Madani. Dia bahkan sudah bisa bermimpi dalam bahasa Arab dan Inggris. Impiannya sangat tinggi yaitu ingin belajar teknologi di Bandung seperti Habibie, lalu merantau sampai ke Amerika. Dengan semangat menggelegak dia pulang kampung ke Maninjau dan tak sabar ingin segera kuliah. Namun kawan karibnya, Randai, meragukan Alif mampu lulus UMPTN. Lalu dia sadar, ada satu hal penting yang dia tidak punya yaitu ijazah SMA, dan bagaimana mungkin dia bisa mengejar semua cita-cita tingginya tanpa ijazah.. Terinspirasi semangat dinamit Denmark, dia mendobrak rintangn berat. Baru saja dia tersenyum, badai lain menggempurnya silih berganti tanpa ampun. Alif letih dan mulai bertanya-tanya “Sampai Kapan aku harus teguhh bersabar menghadapi semua cobaan hidup ini?†dan Hampir saja dia menyerah. Ternyata “mantra†man jadda wajada saja tidak cukup sakti dalam memenangkan hidup. Alif teringat “mantra†kedua yang di ajarkan di Pondok Madani man shabara zhafira. Siapa yang bersabar akan beruntung. Berbekal kedua mantra itu dia songsong badai hidup satu persatu, dan dia pun bisa memenangkan semua impiannya. Nasib baikpun membawa alif Menuju kesuksesan diapun sudah berkelana melintasi bandung, Amman, dan Saint-Raymond, tiga ranah berrbeda warna itu, pada masa kuliahnya dulu. Novel ini mengundang pujian dari banyak pihak, dan juga dapat menciptakan motivasi bagi orang lain yang membacanya, hubungan antara satu bagian dengan bagian yang lain harmonis dan dapat menimbulkan rasa penasaran pembaca karena dalam penceritaan isi novel tidak berbelit-belit. Mantra man shabara zhafira yang di ceritakan dalam novel ini terbukti ampuh dan juga dapat di tanamkan dalam kehidupan. Selain itu pada novel ini terdapat beberapa bahasa seperti bahasa dialek, Arab, Perancis dan telah disertai terjemahan arti sehingga memudahkan pembaca untuk memahaminya. Dilihat dari keaadaan fisik novel, novel ini memiliki cover yang menarik dan juga terdapat peta pada belakang covernya sehingga tidak membuat para pembaca terlalu menghayal mengenai lokasi yang di ceritakan pada novel ini. Novel ini hampir terperosok ke dalam cacat yang nyaris membuat membuat novel ini kehilangan keunggulannya, pada novel ini masih ada beberapa istilah asing yang tidak disertai penjelasan atau terjemahannya sehingga membuat pembaca agak sulit untuk memahmi arti dari istilah tersebut. Kebahasaan yang ada pada novel ini sudah bagus, tidak berbelit-belit dan juga tidak ada pemborosan kata sehingga mudah dipahami oleh pembaca, pada novel ini terdapat bahasa Minang, Inggris, Arab, dan juga Perancis tapi sudah dilengkapi dengan arti dari kata yang memakai bahasa asing tersebut, sehingga pembaca mudah memahaminya. Novel ini sangat cocok dibaca oleh remaja, karena novel ini menceritakan tentang seseorang yang berusaha keras mencapai cita-citanya selain itu novel ini juga memberikan motivasi bagi para pembacanya, seingga para remaja akan termotivasi untuk berusaha keras dalam mengejar cita-citanya dan juga tidak takut untuk bermimpi lebih tinggi untuk mesa depannya yang akan datang. ByNovi red EclipseGerhana Oleh Stephanie H. Meyer ISBN 9789792240528 Rilis 2008 Halaman 688p Penerbit Gramedia Bahasa Indonesia Eclipse,Gerhana Inilah sekuel ketiga dari seri Twilight karya Stephenie Meyer setelah sebelumnya adalah Twilight dan New Moon,Dua Cinta. Dalam sekuel ini, kisah masih berputar-putar pada Bella Swan, Edward Cullen Masen dan Jacob Black. Selain itu pada buku ke-3 ini Stephenie lebih banyak memberi perhatian pada beberapa rahasia yang akan diketahui pembacanya tentang legenda Werewolf, Imprint semacam jodoh yang diketahui sejak pandangan pertama bagi para Werewolf , kisah hidup Jasper dan kisah hidup Rosalie. Sepertinya boleh disebut buku 'dongeng' vampir seri ini adalah buku dongeng yang mendongeng. Meskipun begitu inti cerita sebenarnya adalah bersekutunya antara Vampir dan Werewolf untuk memusnahkan vampir-vampir muda yang jahat,liar dan haus darah yang 'diciptakan' oleh Victoria karena dilatar belakangi oleh dendam terhadap Bella atas kematian James, vampir pasangannya. Vampir-vampir muda yang sempat menghebohkan Seattle karena begitu banyak korban berjatuhan akibat ulah mereka. Setelah pasukan vampir ciptaan Victoria ini cukup kuat, mereka berencana menyerang keluarga Cullen untuk menghabisi Bella dan melampiaskan dendamnya. Sayang rencana mereka sudah di ketahui oleh Alice yang memiliki kekuatan bisa membaca masa depan dan pikiran, sehingga perang antar vampirpun tak bisa terelakkan. Demi mengetahui musuh yang dihadapi begitu banyak maka keluarga Cullen akhirnya mempertimbangkan untuk bersekutu dengan Jacob Black dan kawan-kawan untuk mensukseskan misi memusnahkan vampir-vampir baru tersebut. Kisah dibuka dengan masih marahnya Charlie, ayah Bella terhadap Bella dan Edward kerena Bella pernah 'menghilang' 3 hari dan akhirnya pulang kembali ke rumah dengan Edward yang telah meninggalkan Bella sebelumnya selama kurang lebih 6 bulan. Charlie memberlakukan 'jam malam' dan mengurung Bella tidak boleh keluar rumah setelah pulang sekolah. Jika Edward datang ke RESENSI NOVEL TWILIGHT SAGA ECLIPSE 37 Gesmaja Edisi 70 Mei 2013 Tangan diatas lebih baik daripada tangan dibawah 3rumah untuk menemui Bella Charlie akan menunggui mereka sampai Edward pulang dengan tatapan penuh selidik khas polisi. Tentu saja Charlie tidak tahu jika setelah pulang lewat pintu utama dan Bella masuk kamar, Edward menyusul kekamar Bella seperti malam-malam biasanya. Dasar. Bella masih merasa bersalah terhadap Jacob. Setelah Jacob 'menjahit' lukanya akibat ditinggal Edward, Bella ingin menemui Jacob untuk menyambung kembali hubungan 'persahabatan' yang terputus setelah Edward datang. Edward tentu saja sangat tidak setuju dengan keinginan Bella untuk menemui Jacob karena kawatir akan keselamatannya jika bergaul dengan 'serigala'. Bukan Bella namanya jika tidak nekat, saat Edward berburu di hutan, Bella akhirnya pergi ke La Push untuk menemui Jacob Black. Edward sangat marah begitu tahu Bella bergi ke sana dan kembali dari berburu. Setelah negosiasi dengan Alice akhirnya Alice bersedia 'menyandera' Bella saat Edward berburu. Tapi rupanya, Jacob juga tidak tinggal diam mengetahui Bella 'di sandera', petualangan kedua dengan Jacob akhirnya terjadi juga. Selang beberapa waktu, terjadi insiden mengerikan di Seattle. Banyak warga seattle terbunuh secara misterius. Keluarga Cullen mengetahui hal itu terjadi akibat ulah vampir baru yang masih liar dan haus darah. Di lain kesempatan terjadi juga insiden, Victoria melintas di perbatasan wilayah keluarga Cullen dan Werewolf. Sempat terjadi ketegangan antara kelurga Cullen dan beberapa anggota Werewolf sehingga Victoria berhasil meloloskan diri. Saat Bella di sandera Alice di rumahnya, terjadi insiden di rumah Bella. Beberapa potong pakaiannya serta bantal yang biasa dia gunakan sehari-hari lenyap. Semula Bella menduga Alice yang mengambil karena saat 'disandera' Alice sempat mengambil juga piyama untuk Bella tidur di rumahnya. Tapi semua kecurigaan akhirnya bermuara pada munculnya berita yang semakin mencekam Seattle dan munculnya Victoria di perbatasan beberapa waktu lalu. Kelebihan Banyak hal yang menarik yang diceritakan dalam novel ini. Kisah cinta yang tulus, cinta sejati dan romantis. Berbagai karakter tokoh digambarkan dalam novel tersebut. Dimana setiap tokoh masing-masing mempunyai peran dan bakat kelebihan yang unik. Cerita novel ini berkaitan dan bagus. Suasana yang digambarkan dalam novel ini jelas, sehingga para pembaca dapat dengan mudah berimajinasi melalui cerita yang dikisahkan. Kekurangan Dalam novel ini tidak diceritakan sudut pandang tokoh Edward. Kesimpulan Dalam cerita novel Breaking Dawn, dapat disimpulkan bahwa mencintai memang membutuhkan sebuah pengorbanan yang tidak punya pilihan untuk dihindari walaupun menyangkut nyawa. ByNovi red Tokoh Dunia Albert Einstein Albert Einstein lahir di Ulm, Kerajaan Württemberg, Kerajaan Jerman, 14 Maret 1879 – meninggal di Princeton, New Jersey, Amerika Serikat, 18 April1955 pada umur 76 tahun adalah seorang ilmuwan fisika teoretis yang dipandang luas sebagai ilmuwan terbesar dalam abad ke-20. Dia mengemukakan teori relativitas dan juga banyak menyumbang bagi pengembangan mekanika kuantum, mekanika statistika, dan kosmologi. Dia dianugerahi Penghargaan Nobel dalam Fisika pada tahun 1921 untuk penjelasannya tentang efek fotolistrik dan "pengabdiannya bagi Fisika Teoretis". Setelah teori relativitas umum dirumuskan, Einstein menjadi terkenal ke seluruh dunia, pencapaian yang tidak biasa bagi seorang ilmuwan. Di masa tuanya, keterkenalannya melampaui ketenaran semua ilmuwan dalam sejarah, dan dalam budaya populer, kata Einstein dianggap bersinonim dengan kecerdasan atau bahkan genius. Wajahnya merupakan salah satu yang paling dikenal di seluruh dunia. Biografi Masa muda dan universitas Einstein dilahirkan di Ulm di Württemberg, Jerman; sekitar 100 km sebelah timur Stuttgart. Bapaknya bernama Hermann Einstein, seorang penjual ranjang bulu yang kemudian menjalani pekerjaan elektrokimia, dan ibunya bernama Pauline. Mereka menikah di Stuttgart-Bad Cannstatt. Keluarga mereka keturunan Yahudi; Albert disekolahkan di sekolah Katholik dan atas keinginan ibunya dia diberi pelajaran umur lima tahun, ayahnya menunjukkan kompas kantung, dan Einstein menyadari bahwa sesuatu di ruang yang "kosong" ini beraksi terhadap jarum di kompas tersebut; dia kemudian menjelaskan pengalamannya ini sebagai salah satu saat yang paling menggugah dalam hidupnya. Meskipun dia membuat model dan alat mekanik sebagai hobi, dia dianggap sebagai pelajar 38 Gesmaja Edisi 70 Mei 2013 4yang lambat, kemungkinan disebabkan oleh dyslexia, sifat pemalu, atau karena struktur yang jarang dan tidak biasa pada otaknya diteliti setelah kematiannya. Dia kemudian diberikan penghargaan untuk teori relativitasnya karena kelambatannya ini, dan berkata dengan berpikir dalam tentang ruang dan waktu dari anak-anak lainnya, dia mampu mengembangkan kepandaian yang lebih berkembang. Pendapat lainnya, berkembang belakangan ini, tentang perkembangan mentalnya adalah dia menderita Sindrom Asperger, sebuah kondisi yang berhubungan dengan mulai belajar matematika pada umur dua belas tahun. Ada gosip bahwa dia gagal dalam matematika dalam jenjang pendidikannya, tetapi ini tidak benar; penggantian dalam penilaian membuat bingung pada tahun berikutnya. Dua pamannya membantu mengembangkan ketertarikannya terhadap dunia intelek pada masa akhir kanak-kanaknya dan awal remaja dengan memberikan usulan dan buku tentang sains dan tahun 1894, dikarenakan kegagalan bisnis elektrokimia ayahnya, Einstein pindah dari München ke Pavia, Italia dekat kota Milan. Albert tetap tinggal untuk menyelesaikan sekolah, menyelesaikan satu semester sebelum bergabung kembali dengan keluarganya di Pavia. Kegagalannya dalam seni liberal dalam tes masuk Eidgenössische Technische Hochschule Institut Teknologi Swiss Federal, di Zurich pada tahun berikutnya adalah sebuah langkah mundur dia oleh keluarganya dikirim ke Aarau, Swiss, untuk menyelesaikan sekolah menengahnya, di mana dia menerima diploma pada tahun 1896, Einstein beberapa kali mendaftar di Eidgenössische Technische Hochschule. Pada tahun berikutnya dia melepas kewarganegaraan Württemberg, dan menjadi tak bekewarganegaraan. Pada 1898, Einstein menemui dan jatuh cinta kepada Mileva Marić, seorang Serbia yang merupakan teman kelasnya juga teman Nikola Tesla. Pada tahun 1900, dia diberikan gelar untuk mengajar oleh Eidgenössische Technische Hochschule dan diterima sebagai warga negara Swiss pada 1901. Selama masa ini Einstein mendiskusikan ketertarikannya terhadap sains kepada teman-teman dekatnya, termasuk Mileva. Dia dan Mileva memiliki seorang putri bernama Lieserl, lahir dalam bulan Januari tahun 1902. Lieserl Einstein, pada waktu itu, dianggap tidak legal karena orang tuanya tidak menikah. Kerja dan Gelar Doktor Albert Einstein, 1905. Pada saat kelulusannya Einstein tidak dapat menemukan pekerjaan mengajar, keterburuannya sebagai orang muda yang mudah membuat marah professornya. Ayah seorang teman kelas menolongnya mendapatkan pekerjaan sebagai asisten teknik pemeriksa di Kantor Paten Swiss pada tahun 1902. Di sana, Einstein menilai aplikasi paten penemu untuk alat yang memerlukan pengetahuan fisika. Dia juga belajar menyadari pentingnya aplikasi dibanding dengan penjelasan yang buruk, dan belajar dari direktur bagaimana "menjelaskan dirinya secara benar". Dia kadang-kadang membetulkan desain mereka dan juga mengevaluasi kepraktisan hasil kerja mereka. Einstein menikahi Mileva pada 6 Januari 1903. Pernikahan Einstein dengan Mileva, seorang matematikawan. Pada 14 Mei 1904, anak pertama dari pasangan ini, Hans Albert Einstein, lahir. Pada 1904, posisi Einstein di Kantor Paten Swiss menjadi tetap. Dia mendapatkan gelar doktor setelah menyerahkan thesis "Eine neue Bestimmung der Moleküldimensionen" "On a new determination of molecular dimensions" pada tahun 1905 dari Universitas Zürich. Pada tahun yang sama dia menulis empat artikel yang memberikan dasar fisika modern, tanpa banyak sastra sains yang dapat ia tunjuk atau banyak kolega dalam sains yang dapat ia diskusikan tentang teorinya. Banyak fisikawan setuju bahwa ketiga thesis itu tentang gerak Brownian, efek fotolistrik, dan relativitas khusus pantas mendapat Penghargaan Nobel. Tetapi hanya thesis tentang efek fotoelektrik yang mendapatkan penghargaan tersebut. Ini adalah sebuah ironi, bukan hanya karena Einstein lebih tahu banyak tentang relativitas, tetapi juga karena efek fotoelektrik adalah sebuah fenomena kuantum, dan Einstein menjadi terbebas dari jalan dalam teori kuantum. Yang membuat thesisnya luar biasa adalah, dalam setiap kasus, Einstein dengan yakin mengambil ide dari teori fisika ke konsekuensi logis dan berhasil menjelaskan hasil eksperimen yang membingungkan para ilmuwan selama beberapa dekade. Dia menyerahkan thesis-thesisnya ke "Annalen der Physik". Mereka biasanya ditujukan kepada "Annus Mirabilis Papers" dari Latin Tahun luar biasa. Persatuan Fisika Murni dan Aplikasi IUPAP merencanakan untuk merayakan 100 tahun publikasi pekerjaan Einstein pada tahun 1905 sebagai Tahun Fisika 2005. Gerakan Brownian Di artikel pertamanya pada tahun 1905 bernama "On the Motion—Required by the Molecular Kinetic Theory of Heat—of Small Particles Suspended in a Stationary Liquid", mencakup penelitian tentang gerakan Brownian. Menggunakan teori kinetik cairan yang pada saat itu kontroversial, dia menetapkan bahwa fenomena, yang masih kurang penjelasan yang memuaskan setelah beberapa dekade setelah ia pertama kali diamati, memberikan bukti empirik atas dasar pengamatan dan eksperimen kenyataan pada atom. Dan juga meminjamkan keyakinan pada mekanika statistika, yang pada saat itu juga kontroversial. Sebelum thesis ini, atom dikenal sebagai konsep yang berguna, tetapi fisikawan dan kimiawan berdebat dengan sengit apakah atom itu benar-benar suatu benda yang nyata. Diskusi statistik Einstein tentang kelakuan atom memberikan pelaku eksperimen sebuah cara untuk menghitung atom hanya dengan melihat melalui mikroskop biasa. Wilhelm Ostwald, seorang pemimpin sekolah anti-atom, kemudian memberitahu Arnold Sommerfeld bahwa ia telah berkonversi kepada penjelasan komplit Einstein tentang gerakan Brown. 39 Gesmaja Edisi 70 Mei 2013 Hargailah orang lain, jika kamu ingin dihargai 5
NovelRanah 3 Warna bercerita tentang seorang anak lulusan pondok pesantren yang mempunyai impian menuntut ilmu di Universitas ternama di Jawa Barat. Alif namanya, ia mempunyai keyakinan bahwa segala keinginan di dunia ini bila diperjuangkan dengan sungguh-sungguh apa pun itu maka akan benar terwujud.
Ranah 3 Warna Berhub merupakan salah satu Trilogi karya A. Fuadi. Novel ini berada di posisi kedua setelah Negeri 5 Menara. Bercerita tentang kehidupan Alif saat kuliah di Unpad Bandung. Judul Ranah 3 Warna Pengarang A. Fuadi Penerbit PT Gramedia Pustaka Halaman 349 halaman Tokoh utama dalam Trilogi ini ini adalah Alif Fikri, seorang putra kelahiran Minang, Sumatera Barat. Tepatnya dipinggiran Danau Maninjau. Dia anak sulung dari dua adiknya yang kesemuanya perempuan. Kisah novel ini dimulai saat Alif kembali ke kampung halamannya, setelah selesai menuntut ilmu di Pondok MadaniPM, Gontor. Sebuah pondok pesantren yang berada di daerah Ponorogo, Jawa-Timur. Alif Fikri mempunyai keinginan kuat untuk kuliah di universitas negeri. Padahal ia lulusan pondok yang tidak mengantongi ijazah, sebagai salah satu syarat utama untuk mengikuti tes UMPTNUjian Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Keinginan Alif tersebut tentu saja mendapat ejekan dari teman-teman sepermainannya dahulu. Karena dianggap sesuatu yang mustahil untuk dicapai. Namun, keinginan Alif begitu kuat untuk kuliah di perguruan tinggi negeri. Dengan semangat man jadda wajada siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil. Dia bertekad mengikuti ujian persamaan Sekolah Menengah AtasSMA, supaya bisa mendaftar Ujian Masuk Perguruan Tinggi NegeriUMPTN. Untuk itu dia harus belajar mati-matian dalam dua bulan supaya bisa lulus ujian persamaan. Dan, akhirnya Alif lulus ujian persamaan meskipun dengan angka Trilogi yang pertama berjudul NegeriNegeri 5 Menara bercerita tentang kehidupan Alif sewaktu belajar di Pondok Gontor, Jawa Timur. Melihat nilai yang pas-pasan dan lemahnya dalam hitungan. Akhirnya Alif memilih jurusan Hubungan InternasionalHI. Sebelum ujian persamaan, dia berkeinginan untuk kuliah jurusan teknik penerbangan di Institut Teknologi BandungITB. Demi bisa lulus seleksi UMPTN dia belajar lebih keras lagi. Lebih keras dari belajar saat akan mengikuti ujian persamaan SMA lalu. Dan, Alhamdulillah usaha ALif membuahkan hasil yaitu di terima di jurusan Hubungan Internasionall Universitas PadjadjaranUnpad di Bandung, Jawa Baratt. Dengan diterimanya Alif di Unpad, bukan berarti hidupnya sukses. Tetapi, selama masa kuliah banyak sekali ujian yang dihadapinya. Mulai dari Ayahnya yang sakit hingga akhirnya meninggal dunia. Sepeninggal ayahnya, ekonomi keluarga Alif terganggu. Dan, dia tidak mendapat jatah bulanan dari emaknya di kampung samapai beberapa bulan. Demi menyambung hidup dan membiayai kuliahnya, Alif bekerja paruh waktu dengan mengajarkan les, menjual kain, dan katalog berisi produk kosmetik. Hingga akhirnya Alif jatus sakit tifus selama 1 bulan. Novel trilogi yang ketiga berjudul Rantau 1 Muara bercerita tentang kehidupan Alif saat sekolah dan bekerja di Amerika. Saat hendak memutuskan putus kuliah dan pulang kampung karena ingin menjaga emak dan dua adiknya. Emaknya melarang keras rencana tersebut. Dan, terpaksa Alif mengurungkan niatnya dan kembali kuliah. Dia selalu ingat nasehat Kyai Rais sewaktu di PM yaitu man shabara zhafira artinya siapa yang sabar akan beruntung. Dan, satu persatu masalah Alif mulai menunjukkan jalan keluar Untuk membiayai hidupnya Alif menulis artikel yang dikirimkan ke bebagai koran, baik lokal dan nasional. Keberuntungan mulai berpihak setelah dia terpilih menjadi salah satu pertukaran mahasisiwa dengan negara Kanada. Kebetulan dalam kelompok pertukaran mahasisiwa tersebut ikut juga seorang mahasiswi bernama Raisa. Sejak pertama bertemu Raisa, Alif sudah mempunyai perasaan berbeda pada mahasisiwi tersebut. Selama di Kanada Alif tinggal di daerah Quebec, yang mayoritas penduduknya berbahasa Perancis. Di sana dia mempunyai orang tua asuh bernama Franc dam Mado. Selama di Kanada Alif bekerja di sebuah stasiun TV Lokal. dan, berkesempatan untuk mewancarai salah satu kandidat Referendum yaitu Daniel Janvier. Waktu itu akan digelar pemungutan suara untuk memutuskan Quebec tetap menjadi bagian Kanada atau memisah menjadi negara sendiri. Seringnya bertemu dengan Raisa, membuat perasaan Alif semakin tidak menentu saja. Saat ingin mengutarakan perasaannya, dia mendengar Raisa yang sedang ngobrol dengan teman kerjanya tentang syarat seorang pendamping untuknya. Mendengar syarat yang diucapkan Raisa tersebut Alif mengurungkan niatnya menyampaikan surat berisi curahan hatinya. Dan, memilih menunggu hingga lulus kuliah. Saat wisuda, Alif bermaksud menyampaikan perasaan yang dipendamnya sejak mulai mengenal Raisa. Tetapi belum sempat berbicara, Raisa telah lebih dahulu memberikan kejutan dengan memberitahukan acara pertunangannya minggu depan dengan Randai, teman masa kecil Alif. Mendengar hal tersebut Alif urung menyampaikan surat yang sudah disimpannya bertahun-tahun tersebut. Pesan dari novel ini sangat baik yaitu saat kita mempunyai keinginan dan berusaha untuk mencapainya maka lambat laun keinginan tersebut akan terwujud. Dengan cara yang tidak disangka-sangka asalkan kita mau terus bersabar dalam menghadapi segala rintangan.. Allah tidak mengabulkan semua permintaan kita, tetapi memilih yang sesuai dengan kemampuan kita. Tetap berpikir positif dengan segala sesuatu.
Bacaresensi novel ranah 3 warna novel online: temukan daftar resensi novel ranah 3 warna cerita di Goodnovel, Beranda / Kata kunci / resensi novel ranah 3 warna. Filter dengan. Status pembaruan. Semua Sedang berlangsung Selesai. Sortir dengan. Populer Rekomendasi Rating Diperbarui.
100% found this document useful 1 vote3K views33 pagesCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?100% found this document useful 1 vote3K views33 pagesResensi Novel Ranah 3 WarnaJump to Page You are on page 1of 33 You're Reading a Free Preview Pages 7 to 14 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 18 to 27 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
Download& View Resensi Novel Ranah 3 Warna as PDF for free.. More details. Words: 707 Pages: 3
100% found this document useful 2 votes7K views2 pagesOriginal TitleSinopsis Novel - ranah 3 warnaCopyright© Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?100% found this document useful 2 votes7K views2 pagesSinopsis Novel - Ranah 3 WarnaOriginal TitleSinopsis Novel - ranah 3 warnaJump to Page You are on page 1of 2 You're Reading a Free Preview Page 2 is not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
x74f1. 96lj8p7wih.pages.dev/5696lj8p7wih.pages.dev/30896lj8p7wih.pages.dev/34396lj8p7wih.pages.dev/45796lj8p7wih.pages.dev/43796lj8p7wih.pages.dev/48296lj8p7wih.pages.dev/26096lj8p7wih.pages.dev/219
resensi novel ranah 3 warna