HADISTENTANG KEISTIMEWAAN MENINGGAL PADA HARI JUMAT (Kajian Sanad dan Matan) Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihat (kepadanya) . Tirmizi memiliki jalur riwayat yang terdapat kelemahan pada tingkat tabi’in, yakni
33% found this document useful 3 votes2K views20 pagesDescriptionMakalah AgamaOriginal TitleMakalah Agama Tentang Sifat,Kekurangan Dan Kelebihan Manusia Dalam Pandangan IslamCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?33% found this document useful 3 votes2K views20 pagesMakalah Agama Tentang Sifat, Kekurangan Dan Kelebihan Manusia Dalam Pandangan IslamOriginal TitleMakalah Agama Tentang Sifat,Kekurangan Dan Kelebihan Manusia Dalam Pandangan IslamJump to Page You are on page 1of 20 You're Reading a Free Preview Pages 8 to 18 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
Menjelaskantentang perbedaan khutbah, tabligh dan dakwah. Mendefinisikan ketiga cara tersebut dan mengetahui syarat-syaratnya menurut Al Qur’an dan juga Hadist. Sri Damara, Komunikasi – Organisasi.co.id. Terdapat beberapa cara dalam dalam Islam untuk menyampaikan ajaran-ajaran kepada umat manusia yang sesuai dengan Al Qur’an dan juga
– Manusia diciptakan dengan kesempurnaan akal dan fisik sehingga menjadi sebaik-baik makhluk. Namun tahukah Anda siapa manusia terbaik dari sebaik-baiknya manusia?Dialah Rasulullah Saw, hanya beliau yang memiliki kesempurnaan akhlak dan adab dibanding semua manusia di bumi ini. Kesempurnaan Rasulullah hingga membuat beliau menyandang gelar “manusia terbaik” ini memang tidak dapat diragukan dari itu, manusia biasa seperti Anda dan saya, bisa menjadi manusia terbaik versi lainnya. Bukan untuk menandingi Rasulullah karena tidak mungkin akan agar Anda bisa menjadi manusia terbaik? Rasulullah saw. bersabda yang artinya “Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia yang lain.”Hadis ini diriwayatkan oleh al-Tabrani dalam Mu’jam al-Awsathnya dan dinilai dhaif oleh ulama karena kecatatan perawinya. Meski begitu, ada banyak jalur yang meriwayatkan hadis Cara Menjadi Manusia TerbaikNabi mengisyaratkan satu hal untuk menjadi manusia terbaik, yakni memberi manfaat bagi manusia yang lain. Inilah yang dapat membawa kita pada kesempurnaan di mata-Nya, untuk menjadi yang terbaik maka hidupnya mesti bermanfaat bagi orang orang bermanfaat tidak lah mudah. Setidaknya ia memiliki dua syarat lain, yaitu memiliki sesuatu yang bermanfaat dan bersedia memberikan manfaat apa yang ia miliki kepada yang salah satunya tidak terpenuhi, maka ia belum menjadi manusia terbaik sehingga, memiliki’ saja namun tidak memberi’ maka belum menjadi yang terbaik. Sebaliknya, mau memberi namun tidak ada yang dapat diberikan maka tidak akan terpenuhi Arab mengatakan, faqidu al-syai la yu’thihi, orang yang tidak memilliki apa-apa maka ia tidak akan dapat memberikan apa pun. Artinya, sebelum memberi maka orang harus memiliki dulu. Memberi tetapi tidak memiliki adalah suatu memiliki saja tetapi tidak memberi juga bukan satu keutamaan. Sehingga memiliki’ dan memberi’ menjadi syarat mutlak untuk mendapatkan kriteria manusia Hal yang Membawa ManfaatApa yang dapat kita berikan kepada orang lain dan itu mendatangkan manfaat bagi mereka? Untuk menjawab hal tersebut, Nabi saw. dalam sebuah hadis menyebutkan tiga hal yang jika itu dimiliki dan memiliki nilai nilai kebaikannya tidak akan putus pada orang yang memilikinya. Di antaranya ialah harta yang disedekahkan, ilmu yang diambil manfaatnya oleh yang lain dan anak yang mendoakan orang bersabda yang artinya “Jika seseorang telah meninggal maka terputuslah semua amalnya kecuali tiga perkara, yakni sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang mendoaka orang tuanya.” HR. MuslimMemiliki harta, ilmu dan anak merupakan keinginan hampir semua orang. Tidak ada orang yang tak tertarik dengan harta. Demikian halnya tidak ada juga orang yang tidak tertarik dengan ilmu atau mendapatkan ketiga hal tersebut orang akan berusaha dengan sungguh-sungguh. Ada orang yang untuk mendapatkan harta yang banyak ia rela bekerja siang dan malam tanpa kenal lelah. Ada juga orang yang untuk mendapatkan ilmu, ia harus belajar bertahun-tahun merantau jauh meninggalkan kampung Terakhir Menjadi Manusia TerbaikSetelah semua yang diinginkan di atas didapat apakah ia akan menjadi manusia terbaik? Ternyata tidak. Ia baru memasuki langkah pertama untuk menjadi manusia langkah selanjutnya yang harus dilalui yakni bersedia memberikan’ kemanfaatan atas apa yang dimiliki. Bukan hanya untuk diri dan keluarganya namun juga untuk orang kedua di atas selanjutnya menyebutkan nilai manfaat dari harta, ilmu dan anak. Harta akan bermanfaat apabila ia disedekahkan untuk orang lain dalam berbagai amal luas nilai peruntukan dan besar manfaatnya bagi yang lain maka semakin besar pula kebaikannya. Namun jika harta yang banyak hanya untuk sekedar dikumpulkan atau sebatas menjadi perhiasan dan pajangan untuk kebanggaan pemilikinya maka harta tersebut belum memberi nilai yang banyak yang dimiliki oleh seseorang juga belum memberikan nilai manfaat sebelum ia bersedia mengajarnya kepada yang lain tanpa harus memperhitungkan nilai rupiah yang akan didapatnya. Sementara itu, anak memiliki nilai manfaat apabila ia mendoakan untuk orang demikian, banyaknya harta, tingginya ilmu dan banyaknya anak belum menjadi ukuran bagi kebaikan seseorang sebelum ketiganya memberikan nilai manfaat bagi yang “Menjadi Manusia Terbaik”, Hairul Hudaya via
KumpulanMakalah-makalah Pendidikan Agama Islam. "Jika Anda menemukan jalan buntu, maka carilah jalan yang lain. Percayalah, jalan itu ada. Jika ada satu batasan menghalangi Anda, jangan terhenti karena satu penghalang sebab pintu menuju solusi dan tujuan itu masih banyak. Tetap semangat sahabat ". Manusia adalah salah satu makhluk Allah Swt yang diciptakan dengan tool terlengkap seperti jiwa, akal, badan dan insting yang membantunya dapat menyesuaikan untuk hidup sesuai dengan berbagai kondisi. Karena itu agama Islam menempatkan manusia dari sisi “kemanusiaannya” dalam tatanan tertinggi untuk dijaga. Di mana menjaga kemuliaan manusia merupakan salah satu tujuan syariat tertinggi dalam hirarki maqashid syariah. Maqashid syariah adalah tujuan utama aturan dalam Islam yang bersifat melindungi dan menjaga dari kekurangan, kerusakan atau kehilangan. Tujuan itu adalah terselamatkannya jiwa, agama, akal, kehormatan, dan harta. Tidak ada agama, filsafat, adat atau budaya manapun yang menempatkan kemuliaan manusia melebihi Islam. Islam hadir untuk menghormati manusia tanpa membeda-bedakan ras, warna kulit, agama, suku dan bangsanya. Manusia dipersilahkan untuk mengekspresikan dirinya dalam berbagai bentuk selama ia tidak menyalahi hukum yang ditetapkan oleh yang memiliki otoritas. Perkara bagaimana agama menghormati kemuliaan manusia ini dijelaskan amat gamblang baik dari Al Quran dan Hadis nabi Muhammad Saw, dan para ulama juga turut memberikan pandangan masing-masing yang semakin menyatakan betapa pentingnya seseorang untuk saling menghormati satu sama lain. Dalil Al Quran dan Hadis tentang kemuliaan manusia QS Al Isra 70 وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِىٓ ءَادَمَ وَحَمَلْنَٰهُمْ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ وَرَزَقْنَٰهُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ وَفَضَّلْنَٰهُمْ عَلَىٰ كَثِيرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا Artimya “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” Dalam tafsir Jalalain disebutkan kemuliaan manusia terletak pada apa yang telah dianugerahkan oleh Allah Swt dari ilmu, kemampuan berbicara dan keseimbangan dan lainnya. Dan untuk itu dijadikanlah manusia dapat mengarungi daratan dan lautan untuk mencapai anugerah dan rizki yang Allah berikan. Bahkan karena anugerah ini, para nabi yang Allah Swt utus ditetapkan secara konsesus oleh para ulama lebih mulia dari pada para malaikat. QS At Tin 4 لَقَدْ خَلَقْنَا ٱلْإِنسَٰنَ فِىٓ أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ Artinya “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa ayat ini adalah makna dari sumpah tiga ayat sebelumnya. Dan bahwasanya Allah Swt telah menciptakan manusia dengan gambaran terbaik dan bentuk yang sesuai, dengan anggota badan yang indah. Kedua ayat di atas merupakan sedikit dari banyak ayat yang menjelaskan betapa mulianya manusia dari sisi penciptaan, tidak hanya dari sisi bentuk yang terbaik, namun ia juga telah diberikan bekal yang cukup untuk mengarungi bumi ini. Karena itu, dalam banyak poin hukum fikih banyak disertakan beberapa larangan dengan maksud agar manusia tidak merusak anugerah Allah Swt yang amat berharga ini. Di antaranya adalah dilarangnya minuman keras dalam syariat Islam adalah demi anugerah akal yang diberikan oleh Allah Swt ini tidak hilang fungsi dan tugasnya. Atau, dilarangnya pembuatan tato di tubuh salah satu tujuannya adalah untuk menjaga kulit bersih dari kerusakan akibat dari dampat bertato. Dan masih banyak lagi berbagai hukum yang Allah Swt tetapkan dengan tujuan untuk manusia dapat dengan baik menjaga tubuhnya. Selain Al Quran, terdapat hadis Rasulullah Saw yang menjelaskan bagaimana syariat Islam memuliakan manusia. Salah satunya adalah hadis dari Abdullah bin Amru Ra, yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqi dalam Syuabul Iman عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا ، قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ” مَا مِنْ شَيْءٍ أَكْرَمُ عَلَى اللَّهِ مِنِ ابْنِ آدَمَ ” ، قَالَ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ ! وَلا الْمَلائِكَةُ ؟ قَالَ ” الْمَلائِكَةُ مَجْبُورُونَ بِمَنْزِلَةِ الشَّمْسِ وَالْقَمَرِ “ Dari Abdullah bin Amru Ra, ia berkata, Rasulullah Saw bersabda “Tiada suatu pun yang lebih mulia bagi Allah Swt dari anak adam” ia berkata, dikatakan kepada Rasulullah Wahai rasulullah, “bahkan para malaikat?”, Rasul berkata “Para Malaikat digerakan sebagaimana matahari dan bulan.” Hadis ini secara eksplisit mengungkap alasan lain mengapa manusia dimuliakan, yaitu karena manusia memiliki kemampuan untuk menentukan kemana dan apa yang akan dilakukannya. Hadis lainnya dari Aisyah Ra فعنْ عَائِشَةَ رضيَ اللهُ عنهَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كَسْرُ عَظْمِ الْمَيِّتِ، كَكَسْرِهِ حَيًّا Dari Aisyah Ra, bahwa Rasulullah Saw berkata “merusak tulang seorang mayit seperti merusaknya di saat hidup.” Terlihat bagaimana Islam sungguh menghormati jasad manusia hingga setelah kematiannya. Dari itu konsensus ulama menyatakan sucinya jasad manusia, hingga keringat, air mata hingga lendirnya. Dan hukum ini tanpa membedakan baik ia muslim atau non muslim, baik kulit putih, hitam atau jenis perbedaan lainnya. Baca juga Sama, Dia Yang Pendengarannya Tidak Terbatas Ruang dan Waktu Dari pemaparan di atas jelas bagaimana Islam memandang manusia dari berbagai aspek, baik penciptaan, hingga penghormatan atas jalan hidup serta keyakinannya. Dan menempatkan hal tersebut di atas segala kepentingan lainnya. Bahkan karena amat pentingnya hidup seorang muslim di dalam Islam, jika ia mendapatkan serangan hingga menyebabkan kematian maka menganggap pembunuhnya telah membunuh umat manusia secara keseluruhan. Tentu bahasa Al Quran dalam hal ini bukan majas hiperbolis yang terkesan membesarkan perkara kecil, akan tetapi ayat tersebut menjelaskan bahwa semua berhak untuk hidup dan berjalan di atas bumi secara aman dan damai. Wallahua’lam bishowab _ Penulis Albi Tisnadi Ramadhan, Sedang menempuh studi di Universitas Al Azhar, Kairo. Fakultas Studi Islam dan Bahasa Arab. Editor Azman Hamdika Syafaat
kandungandan makna hadits tentang shalat tasbih menunjukkan bahwa shalat tasbih dari berbagai lafadz tidak terjadi perbedaan yang mengubah makna hadits . MOTO Artinya: “Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah Keutamaan dimaksud dalam pengertian judul ini adalah keunggulan dan kelebihan saat shalat tasbih.
Ilustrasi agama nabi adam. Foto ShutterstockNabi Adam adalah manusia pertama yang diciptakan oleh Allah SWT di muka bumi. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadits Rasulullah SAW yang artinya“Wahai sekalian umat manusia, ketahuilah sesungguhnya Tuhanmu satu esa. Nenek moyangmu juga satu, kamu semua berasal dari Adam. sedangkan Adam berasal dari tanah.” HR. Ahmad, 23536.Karena Nabi Adam merupakan manusia pertama, sebagian umat Muslim yang mempertanyakan agama Nabi Adam. Pasalnya, agama Islam baru muncul pertama kali pada masa kekhilafahan Nabi Muhammad hal ini, para ulama menyebutkan bahwa agama Nabi Adam adalah Tauhid. Bagaimana ajaran yang terkandung di dalamnya? Temukan jawabannya dalam artikel berikut Nabi Adam AS dan Kisah HidupnyaIlustrasi Nabi adam. Foto Dok. ShutterstockAgama Nabi Adam menjadi satu-satunya kepercayaan tertua di dunia. Sebab, sebagaimana diyakini oleh pemeluk agama samawi, Nabi Adam adalah manusia pertama yang ada di buku Sejarah Terlengkap 25 Nabi karya Rizem Aizid 2018, agama Nabi Adam adalah agama Tauhid, yaitu agama yang mengesakan Tuhan. Nabi Adam tidak menyembah berhala sebagaimana dilakukan orang jahiliyah pada masa Adam dimuliakan dan ditinggikan derajatnya oleh Allah SWT. Beliau menjadi nabi pertama yang diutus oleh-Nya untuk mengajarkan agama Tauhid kepada anak Nabi Adam tinggal di surga. Tapi karena melakukan sebuah dosa dan melanggar perintah Allah SWT, ia pun diturunkan ke bumi bersama istrinya, dari segi bahasa, nama Adam memiliki makna “tanah, manusia, cokelat muda”. Para ulama memperkirakan Nabi Adam hidup pada tahun 5872-4942 bersama Hawa dipercaya oleh agama-agama samawi sebagai orangtua dari semua manusia yang ada di dunia. Namun, tiap agama samawi mengisahkan sosoknya dengan cara yang soal penampakan fisik Nabi Adam, sebuah hadits Nabi SAW menjelaskan bahwa beliau memiliki postur yang sangat tinggi, yakni mencapai 60 hasta sekitar 27,432 m. Beliau digambarkan sebagai pribadi yang beradab, memiliki ilmu tinggi, dan bukan termasuk manusia berdoa. Foto Nong2/ShutterstockNabi Adam adalah makhluk yang sangat cerdas dan dimuliakan oleh Allah SWT. Ia memiliki kelebihan yang sempurna dibandingkan makhluk lain. Nabi Adam diciptakan dalam bentuk sebaik-baiknya.“Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.” QS. Al-Isra 70Menurut riwayat Alquran, ketika Nabi Adam AS selesai diciptakan oleh Allah, seluruh malaikat bersujud atas perintah-Nya. Ini karena kemuliaan dan kecerdasan yang dimiliki Nabi Adam menjadikannya sebagai makhluk yang mempunyai derajat amat keterangan dalam Alquran ini sangat bertentangan dengan gambaran manusia purba menurut Charles Darwin, di mana ia menggambarkan manusia pertama di bumi sebagai manusia purba yang berjalan dengan empat kaki dan tidak berpakaian dalam berapa Nabi Adam hidup di dunia?Siapa nama istri Nabi Adam?Bagaimana karakter Nabi Adam?
1 Metode Tahlili (Analitik) Diantara kekurangan dari Metode Tafsir Tahlili (Tafsir Tematik) adalah: Ayat-ayat Al-Quran seolah-olah menjadi bertentangan., Kadang-kadang penafsiran dengan Metode ini dapat menimbulkan kontradiksi. Hal ini dapat menimbulkan praduga bahwa Al-Quran tidak konsisten dalam memberikan petunjuk.
ArticlePDF AvailableAbstractHumans are the noblest creatures in the sight of Allah swt in various fields, from form, behavior, communication, social interaction, to the establishment of applicable laws and connectedness with God. The Qur'an and Hadith in relation to Islamic Religious Education convey studies related to human nature and all its potentials that can be carried out by each individual human being for the benefit of himself, others and broader interests, to the level of becoming the best human profile in the version. Al Qur'an and human quality according to the study of Hadith. This article aims to find the meaning of Potential and Human Nature according to the Qur'an and Hadith. This writing method is in the form of a literature study Library Research. The results of the writing describe that human nature has the basic meaning of Basyar human with body dimensions, Insan human with dimensions of growth and development, Bani adam humans with hereditary dimension. The potential that exists in humans is the Instinct Potential Emotional, Intellectual Potential Intellectual, Sensory Potential Physical, Religious Potential Spiritual. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. MUSHAF JOURNAL Jurnal Ilmu Al Quran dan Hadis Vol. 1 No. 1 Desember 2021, page 74-88 74 HAKIKAT MANUSIA DAN POTENSINYA MENURUT AL-QUR’AN DAN HADITS Ahmad Yazid Hayatul Maky Mahasiswa Program Doktor Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda, Indonesia Corressponding author email ahmadyazid74 Iskandar Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda, Indonesia Email abusyla Abstract Humans are the noblest creatures in the sight of Allah swt in various fields, from form, behavior, communication, social interaction, to the establishment of applicable laws and connectedness with God. The Qur'an and Hadith in relation to Islamic Religious Education convey studies related to human nature and all its potentials that can be carried out by each individual human being for the benefit of himself, others and broader interests, to the level of becoming the best human profile in the version. Al Qur'an and human quality according to the study of Hadith. This article aims to find the meaning of Potential and Human Nature according to the Qur'an and Hadith. This writing method is in the form of a literature study Library Research. The results of the writing describe that human nature has the basic meaning of Basyar human with body dimensions, Insan human with dimensions of growth and development, Bani adam humans with hereditary dimension. The potential that exists in humans is the Instinct Potential Emotional, Intellectual Potential Intellectual, Sensory Potential Physical, Religious Potential Spiritual. Keywords Human Nature and Potential, Al-Qur'an and Hadits. Abstrak Manusia adalah makhluk termulia disisi Allah swt dalam tinjaun berbagai bidang, dari bentuk, prilaku, komunikasi, interaksi social, hingga adanya penetapan hukum yang berlaku serta keterhubungan dengan Tuhan. al Qur’an dan Hadits kaitannya dengan Pendidikan Agama Islam menyampaikan kajian terkait dengan hakikat manusia dan segala potensinya yang dapat dilakukan oleh 75 setiap individu manusia untuk kepentingan diri sendiri, orang lain dan kepentingan yang lebih luas lagi, hingga pada tataran menjadi profil manusia terbaik dalam fersi al Qur’an dan Manusia bermutu menurut kajian Hadits. Artikel ini bertujuan untuk mencari makna Potensi dan Hakikat Manusia menurut al Qur’an dan Hadits, Metode penulisan ini berupa kajian literatur Library Research. Hasil penulisan mendeskripsikan bahwa hakikat manusia adalah memiliki makna dasar Basyar manusia berdimensi jasad, Insan manusia berdimensi tumbuh berembang, bani adam manusia berdimensi keturunan. Adapun potensi yang ada pada diri manusia adalah Potensi Naluriah Emosional, Potensi Akal Intelektual, Potensi Inderawi Fisikal, Potensi Agama SpiritualKata Kunci Hakikat dan Potensi Manusia, Al Qur’an dan Hadits. Pendahul uan Mengapa manusia dijadikan makhluk termulia disisi Allah swt? dalam melengkapi keragaman makhluk ciptaan Allah swt maka diciptakan Adam, ada dialog yang menarik antara Allah swt dengan malaikat dan iblis sebagai makhluk senior sebelum Adam didalam surga, yaitu ketika Allah swt menetapkan Adam sebagai Khalifah di Bumi. Allah swt berfirman, “wahai para malaikat, sesungguhnya Aku akan jadikan Adam sebagai khalifah di Bumi”, kemudian malaikat memohon untuk mengetahui lebih jauh tetang siapa Adam sebenarnya, dan setelah diadakan penelitian, para malaikat menemukan dua sifat dasar dalam diri Adam yaitu Syahwat/nafsu dan Ghadab/emosi, dan ketika dua sifat ini bertemu maka yang terjadi adalah kerusakan. Setelah malaikat menyampaikan temuannya dihadapan Allah swt maka malaikat mengajukan diri untuk menjadi khalifah, karena menurut asumsi mereka bahwa malaikat adalah makhluk yang suci dengan selalu bertasbih dan makhluk yang bersih dengan selalu bersyukur dan bertahmid serta puji-pujian mulia terhadap Allah swt. Dan menganggap bahwa Adam belum layak untuk menjadi khalifah di bumi. Namun Allah swt menghendaki Adam menjadi khalifah dikarenakan dalam diri Adam ada potensi lebih yang tidah dimiliki oleh malaikat yaitu Ilmu, Adam dirasa bisa bertaqdis, bertahmid dan bertasbih seperti halnya malaikat dan pula bisa mengetahui dan memahami atas ayat-ayat Allah swt sehingga kelebihan inilah yang menjadikan Adam lebih layak untuk menjadi khalifah. Bumi yang menjadi tempat tinggal ummat manusia adalah gambaran kecil dari kondisi gambaran surga yang sebenarnya, di bumi terdapat pepohonan, gunung-gunung, sungai dan lautan, bangunan rumah yang beraneka ragam bentuk, ada budaya masing-masing kelompok ummat manusia dan lain sebagainya yang ada dalam kehidupan di bumi ini. Ummat manusia juga demikian adanya, ada ragam suku, tradisi dan budaya yang terbentang diseluruh hamparan bumi dari timur ke barat. Keragaman inilah yang menjadi obyek 76 pembahasan didalam penelitian ini, ada keragaman manusia dari segi fisik, kemampuan, keilmuan dan segala factor kelemahan dan kelebihannya. Pendidikan Agama Islam mengadakan kajian mendalam tentang bagaimana hakikat manusia dalam versi al Quran dan Hadits serta potensi apa saja yang bisa dikembangkan untuk menempatkan manusia pada posisi dan porsi dibidangnya sampai pada tataran Khairunnas Anfa’uhum Linnas yaitu manusia yang baik adalah yang berguna untuk kepentingan Bersama. Al-Qur‟an yang menjadi poros utama kehidupan manusia dan alam semesta, didalamnya terkandung makna dan petunjuk kehidupan menembusdimensi ruang dan waktu, al-Qur‟an merupakan ensiklopedia kehidupan dalam rangka menunjukan kebahagian dan kesejahteraan hakiki. Karena al-Qur‟an memiliki lintasdimensi ruang dan waktu, maka wajar jika al -Qur‟an memuat pesan-pesan Ilahy dalam bentuk global. Oleh karena itu diperlukan penjelasan lebih rinci mengenai maksud yang terkandung didalam pesan Ilahiyah tersebut. Manusia juga mendapatkan predikat sebagai makhluk yang diciptakan dengan bentuk yang sebaik-baiknya secara individual, manusia memiliki unsur jasamani dan rohani, unsur fisik dan psikis, raga dan jiwa. Sebagai ciptaan Allah, manusia perlu mentaati apa yang telah dititahkan-Nya dalam kitab-Nya, tingkah laku dan segala yang dilakukan oleh manusia semestinya harus sesuai dengan segala yang diperintahkan oleh Allah swt. Karena pada hakikatnya, segala yang dilakukan oleh manusia adalah karena digerakan oleh-Nya Shihab, 2006. Manusia merupakan mahluk yang diciptakan oleh Allah Swt dimuka bumi ini dengan sebaik-baiknya mahluk, sebaik-baiknya bentuk dan sebaik-baiknya umat, untuk mengemban sebuah tugas yang mulia yaitu beribadah kepada Allah Swt. Yang mana hal itu tertera dalam QS ad-Dzariyat ayat 56    “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. Dalam al-Qur’an, manusia berulang-kali diangkat derajatnya, dan berulang- ulang pula direndakan. Mereka dinobatkan jauh mengungguli alam surga, bumi, dan bahkan para malaikat. Tetapi, pada saat yang sama, mereka bisa tak lebih berarti dibandingkan dengan setan terkutuk dan binatang jahanam sekalipun. Manusia dihargai sebagai makhluk yang mampu menaklukan alam, namun bisa juga mereka merosot menjadi rendah di antara yang paling rendah. Oleh karena itu, makhluk manusia sendirilah yang harus menetapkan sikap dan menentukan nasib akhir mereka sendiri. Dan al-Qur‟an pula menggambarkan manusia sebagai suatu makhluk pilihan tuhan yaitu ditunjuk sebagai kholifah di muka bumi, yang mana 77 tujuannya yaitu supaya ada rasa tanggung jawab di dalam manusia itu sendiri Murtadha Mutahari, 1998. Sebagai makhluk yang memiliki bentuk dan rupa yang sempurna dibandingkan dengan makhluk lain, manusia harus selalu berfikir tentang asal kejadiannya. Manusia yang berfikir adalah mereka yang selalu mengingat kepada kekuasaan Allah dan iradah-Nya. Dan manusia yang tidak berfikir yang selalu sibuk dengan kehidupan dunia, adalah mereka yang lupa asal kejadiannya, sihingga sifat-sifat sombong dan yang lainnya menjadi-jadi, baik di hadapan Allah maupun di hadapan makhluk Allah Hakim Muda Harahap, 2013. Al-Qur‟an adalah merupakan kitab suci kaum muslim dan menjadi sumber ajaran islam yang pertama dan utama, yang mana isi dari kitab al-Qur‟an tersebut harus mereka Imani dan aplikasikan dalam kehidupan mereka sehari-hari yang tujuannya tidak lain yaitu agar mereka memperoleh kebaikan di dunia dan di akhirat. Jika manusia telah menyadari akan tujuan diciptakanya dia untuk apa yang ada dalam al-Qur‟an. Dan menjalankan tugasnya tersebut maka manusia itu berhak mendapatkan fasilitas yang diberikan oleh Allah yaitu mendapatkan kesejahteraan dalam hidupnya, akan tetapi jika ia tidak mau menyadarinya pasti dalam kehidupannya ia akan sering melakukan kemungkaran dan mendapatkan kemadaratan. Selain itu banyak manusia yang sudah mengetahui akan tujuan ia diciptakan ke bumi tapi tidak tau makna secara hakikatnya itu apa. Dalam dunia penafsiran al- Qur‟an ada sebuah corak yang bernama corak sufi yaitu penafsiran al-Qur‟an dengan menggunakan pemahaman atau pemberian pengertian atas fakta-fakta tekstual dari sumber-sumber al-Qur‟an dan al-Hadits sedemikian rupa sehingga yang diperlihatkan bukanlah makna secara lahiriyah dari kata-kata pada teks sumber suci itu melainkan pada makna dalam bathin yang dikandungnya Badrudin, 2018. Kajian yang mendalam terkait dengan hakikat manusia dan potensinya, diharapkan menyadarkan kepada kita akan pentingnya pengetahuan ini, ketika seseorang masuk pada tataran tertinggi dan mulia dimata Allah swt itu adalah dambaan setiap hamba saya rasa, siapa seorang hamba yang tidak menginginkan derajat mulia disisi Allah swt masuk dalam golongan Muqarrabin dan Muttaqin, dan manakala seseorang masuk pada tataran rendah dan jauh dimata Allah swt maka pengetahuan ini menjadi pengingat kepada kita agar lebih waspada dan cepat menyadari akan kondisi tersebut. Betapa kemuliaan sesorang itu dimata Allah swt hanya bisa diukur dengan ketaqwaannya, terlepas dengan status yang sedang disandangnya. Pun demikian seseorang akan menjadi pendosa hanya dengan sedikit muncul sifat-sifat yang dilarang oleh Allah swt seperti riya’ dan takabbur. 78 Penelitian ini, berangkat dari kegelisahan tersebut sehingga penulis dirasa perlu mengangkat tema; “Hakikat Manusia dan Potensinya menurut al Qur’an dan Hadits”.Hasi l dan Pembahasan Manusi a Menurut Terminol ogi Al - Qur‟an Alquran telah meunjukkan konsep manusia terdiri atas tiga kategori, yaitu a al-insan, al-in’s, unas, al-nas, anasiy dan insiy; b al- basyar; c bani adam “anak adam” dan dzurriyyat adam “keturunan adan”. Istilah manusia yang diungkapkan dalam Alquran seperti basyar, insan, unas, insiy, imru, rajul atau yang mengandung pengertian perempuan seperti imra’ah, nisa’ atau niswah atau dalam ciri personalitas, seperti al-atqa, al- abrar, atau ulul albab, juga sebagai bagian kelompok sosial seperti al-asyqa, dzul- qurba, al-dhu’afa yang semuanya memgandung petunjuk sebagai manusia dalam hakekatnya dan manusia dalam bentuk konkrit Dawam Raharjo, 1999. Meskipun demikian untuk memahami secara mendasar dan pada umumnya ada kata yang sering digunakan al-Qur’an untuk merujuk kepada arti manusia, yaitu insan atau ins atau al-nas atau unas, dan kata basyar serta kata bani adam. Kata al-Nas disebutkan dalam al-Qur’an sebanyak 240 kali yang tersebar dalam 53 surat sebagai nama jenis keturunan Adam, yaitu satu spesies dialam semesta. Kata al-Nas menunjukkan pada hakekat; manusia sebagai makhluk sosial secara keseluruhan, baik beriman ataupun tidak beriman Al-Raghib al-Isfahaniy, tt. Kata al-Nas digunakan Alquran untuk menunjukkan bahwa karakteristik manusia senantiasa berada dalam keadaan labil. Meskipun manusia diberikan berbagai potensi untuk mengenal Tuhannya, namun hanya sebagian manusia saja yang mengikuti ajaran Tuhan. Sedangkan sebagian manusia tidak mempergunakannya, bahkan sebagian manusia justru menentang kekuasaan Tuhan. Dengan demikian, manusia dapat dikatakan berdimensi ganda, yaitu sebagai makhluk yang mulia dan tercela. Sebagaimana yang diungkapkan dalam surat Al-Baqarah [2] ayat 8.       Artinya “Di antara manusia ada yang mengatakan "Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian," pad hal mereka itu Sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman”. QS. Al-Baqarah [2] 8 79 Selanjutnya, Al-qur’an juga meggunakan kata al-Nas untuk menyatakan adanya orang atau masyarakat yang mempunyai berbagai kegiatan untuk megembangkan kehidupannya. Berbagai kegiatan tersebut antara lain manusia dengan kegiatannya di bidang peternakan, manusia dengan kegiatannya di bidang pengolahan besi, manusia dengan kegiatannya di bidang pelayaran, manusia dengan kegiatannya di bidang perubahan sosial, manusia dan kepemimipnannya dan manusia dalam hubungannya dengan ibadah. Kata al-Insan diesebutkan dalam Alquran sebanyak 73 kali yang disebut dalam 43 surat. Kata al-Insan dapat menunjukkan pada proses kejadian manusia, baik proses penciptaan Adam maupun proses manusia yang bertahap secara dinamis dan sempurna di dalam rahim Muhammad Fu’ad Abdul l-Baqi, 1998. Kata al-Insan tidak hanya merujuk pada dimensi metal tetapi juga dimensi fisik. Jika itu ditinjau lebih jauh dan dianalisis secara mendalam, maka penggunaan kata al-Insan megandung dua dimensi yaitu dimensi tubuh dengan berbagai unsurnya dan dimensi spiritual ditiupkan roh-Nya kepada manusia. Harmonisasi kedua aspek tersebut mengantarkan manusia sebagai makhluk Allah yang unik dan istimewa, sempurnadan sebagai amkhluk Allah dinamis, sehingga mampu menyandang predikat sebagai khalifah Allah di muka bumi. Namun, manusia juga memiliki keterbatasan seperti, gelisah dan tergesa-gesa, gembira bila dapat nikmat, susah bila dapat cobaan, kikir, resah dan gelisah. Karena itu, manusia diberikan potensi akal untuk mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya secara optimal, dengan tetap berpedoman kepada ajaran Ilahi agar manusia bisa mewujudkan dirinya sebagai makhluk Allah yang mulia. Jika tidak demikian, manusia akan terjerumus pada kehinaan, bahkan lebih hina dari binatang sekalipun. Kata al-basyar yang semakna dengan Basyarah bermakna permukaan kulit kepala, wajah, dan tubuh yang menjadi tempat tumbuhnya rambut. Pemakaian kata Basyar dalam al-Qur’an seluruhnya memberi pengertian bahwa yang dimaksud dengan kata tersebut adalah anak Adam yang biasa makan dan berjalan di pasar-pasar, di dalam pasar itu mereka saling bertemu atas dasar persamaan. Dengan demikian, kata basyar selalu mengacu kepada manusia dari aspek biologis seperti mempunyai bentuk tubuh, amkan dan minum, kebutuhan seks, mengalami penuaan dan mati Al-Rasyidin, 2008. Kata basyar ditunjukkan kepada seluruh manusia tanpa terkecuali. Hal ini megisyaratkan bahwanabi dan rasul pun memiliki dimensi al-basyar. Di sisi lain, banyak ayat al- Qur’an yang menggunakan kata basyar yang megisyaratkan proses kejadian manusia melalui tahap-tahap sehingga mencapai tahap kedewasaan. Kata al-Basyar di dalam al-Qur’an sebanyak 36 kali dalam 26 syrat. Sedangkan penggunaan kata Bani Adam karena manusia merupakan turunan Nabi Adam as. Manusia dan nabi pertama yang diciptakan Allah SWT, Adam as dijuluki sebagai Abu Basyar nenek moyang manusia. Menurut Thabathaba’i sebagaimana dikutip oleh Ramayulis, penggunaan kata Bani Adam menunjuk pada arti manusia secara umum. Dalam hal ini, setidaknya ada tiga aspek yang dikaji, yaitu pertama, anjuran untuk 80 berbudaya sesuai dengan ketentuan Allah, diantaranya berpakaian guna menutup aurat. Kedua, mengingatkan pada keturunan adam agar jangan terjerumus pada bujuk rayu syaitan yang mengajak padakeingkaran. Ketiga, memanfaatkan semua yang ada di alam semesta dalam rangka ibadah dan mentauhidkan-Nya Ramayulis dan Samsul Nizar, 2009. Manusia dalam pengertian Basyar tergantung sepenuhnya pada alam, pertumbuhan dan perkembangan fisiknya tergantung pada apa yang dimakan. Sedangkan manusia dalam pengertian Insan memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang tergantung pada kebudayaan, pendidikan, penalaran, kesadaran, dan sikap hidupnya. Karena itu, Insan dipakai untuk menunjuk pada kualitas pemikiran dan kesadaran, sedangkan Basyar dipakai untuk dipakai menunjukkan pada dimensi alamiahnya, yang menjadi ciri pokok manusia pada umurnya, makan, dan minum dan mati. Dari pengertian Insan dan Basyar, manusia merupakan makhluk yang dibekali Allah dengan potensi fisik maupun psikis yangmemiliki potensi untuk berkembang. Al- Qur’an berulang- kalimengangkat derajat manusia dan berulangkalipula meren-dahkan derajat manusia. Manusia dinobatkan jauh mengungguli alam, surga, bumi, bahkan para malaikat. Manusia adalah makhluk yang multi dimensional. Bukan saja karena manusia sebagai subjek yang secara teologis memiliki potensi untuk mengembangkan pola kehidupannya, tetapi juga sekaligus menjadi objek dalam keseluruhan ragam bentuk aktivitas dan kreativitas, dalam rangka mengaktualisasikan dirinya sebagai “makhluk historis”, wakil Allah khalifah di bumi dan sebagai hamba tabid Allah. Hakekat karakteristik Manusia dalam Tinjauan Al-Qur’an Pada hakekatnya manusia tidak dilihat dari unsur-unsur yang membentuk dirinya, pada orientasi berpikir yang mencari substansi pokok yang melatar belakangi, tetapi manusia harus dilihat pada tahapannya sebagai nafs, keakuan diri, ego, dimana pada tahapan ini semua unsur membentuk kesatuan diri yang aktual, kekinian dan dinamik dan aktualisasi kekinian yang dinamik ada pada perbuatan atau amal manusia itu sendiri Musa Asyari, 2002. Sesungguhnya kualitas, dan hakikat manusia adalah baik, benar dan indah. Tidak ada makhluk dimuka bumi ini yang memiliki kualitas semulia manusia, walaupun demikian harus diakui bahwa kualitas dan hakekat baik, benar, dan indah, selalu mengisyaratkan dilema-dilema dalam proses pencapaiannya. Artinya kualitas baik, benar, dan indah sebuah proses perjuangan yang amat berat untuk bisa menyandang predikat mulia. Sebab didalam hidup manusia, selalu dihadapkan pada dua tantangan moral yang saling mengalahkan, yaitu baik dan buruk, salah dan benar. Sigmun Freud seseorang ahli psikoanalisa berpendapat tentang kualitas jiwa mansuia menurutnya, superego selalu mendampingi ego. jika ego yang mempunyai berbagai tenaga pendorong yang sangat kuat dan vital libido bitalis, 81 sehingga penyaluran dorongan ego atau nafsu lawwamah nafsu buruk sebenarnya tidak; mudah menempuh jalan melalui superego aatu nafsu muthma’innah nafsu baik. Karena superego nafsu muthmainnah berungsi sebagai badan sensor atau pengendali ego manusia. Sebaliknya, superego pun sewaktu-waktu bisa memberikan justifikasi terhadap ego manakala insting, intuisi dan intelegensi-ditanbah dengan petunjuk wahyu bagi orang-orang yang beragama– bekerja secara matang dan integral. Artinya, superego bisa memeberikan pembenaran pada ego manakala ego bekerja secara positif. Ego yang liar dan tidak terkendali adalah ego yang negative, ego yang merusak kualitas hakekat manusia itu sendiri Umar Shihab, 2003. Ada beberapa atau metode yang dapat ditempuh, untuk memahami hakikat manusia, dan cara atau metode itu antara lain Pertama ialah melalui pendekatan bahasa yaitu bagaimana bahasa itu dipakai untuk meyebut manusia. Nabi Muhammad saw bersabda ; Artinya “berilah mereka pemahaman dengan bahasa yang bisa mereka pahami” Kedua adalah melalui cara keberadaanya yang sekaligus membedakannya secara nyata dengan cara keberadaan makhluk yang lainnya, seperti kenyataan sebagai makhluk yang berjalan diatas dua kaki, dan juga kemampuannya berpikir yang hanya dimiliki manusia, sehingga melalui keberadaan berpikirnya itu, hakikat manusia ditentukan. Maka apakah arti berpikir yang menentukan makna keberadaanya itu, karena berpikir merupakan kenyataan yang khas bagi manusia, yang tidak dipunyai oleh makhluk lainnya, sehingga kenyataan keberadannya berpikir, itulah yang menentukan hakikat manusia, yang membedakannya dengan makhluk yang lainnya. Oleh karena itu hakikat manusia adalah makhluk berpikir Musa Asyari, 2002. Nabi Muhammad saw bersabda ; Artinya “ Carilah Ilmu dari sejak lahir hingga meninggal” Ketiga adalah melalui karya yang dihasilkannya, karena melalui karyanya seseorang meyatakan kulaitas dirinya, karena hanya diri yang berkualitas lah yang akan melahirkan karya yang berkualitas pula. Cara pemahaman ini akan membawa pada pemahaman terhadap beberapa setting kehidupan manusia yang kompleks, dan termasuk didalamnya antara lain adalah melalui setting sejarah, 82 yaitu kapan dan dimana seseorang itu melahirkan karyanya itu, dan juga setting psikologis, yaitu bagaimana situasi emosional dan intelektualnya yang melatarbelakangi hasil karyanya itu, di samping pendekatan bidang keilmuan lainnya yang berkaitan dengan karya- karya seseorang, apakah meyangkut bidang arsitektur, sastra, kesenian pahat, lukis dan pematung ataupun ilmu-ilmu humaniora yang amat luas itu. Oleh karena itu, hakikat manusia ditentukan oleh sejumlah karyanya Musa Asyari, 2002. Hakikat manusia yang dijelaskan dibawah ini akan memberikan gambaran yang jelas bahwa manusia berbeda dengan hewan, artinya dari pemaknaan manusia secara hakiki, akan memunculkan potensi-potensi yang jelas mejadi pembeda dari makhluk yang lain. Wujud sifat hakikat manusia ini merupakan karakteristik yang hanya dimiliki oleh manusia. Faham eksistensialisme mengemukakan bahwa karakteristik manusia tersebut seharusnya menjadi bahan pertimbangan dalam menetapkan dan membenahi arah dan tujuan pendidikan Umar Tirta Raharja danLa Sulo, 2005. Kemampuan Menyadari Diri Ulil Abshar Melalui kemampuan ini manusia betul-betul mampu menyadari bahwa dirinya memiliki ciri yang khas atau karakteristi diri. Kemampuan ini membuat manusia bisa beradaptasi dengan lingkungannya baik itu limgkungan berupa individu maupun lingkungan nonpribadi atau benda. Kemampuan ini juga membuat manusia mampu mengeksplorasi potensi-potensi yang ada dalam dirinya melalui pendidikan untuk mencapai kesempurnaan diri. Kemampuan menyadari diri ini pula yang membuat manusia mampu mengembangkan aspek sosialitas diluar dirinya sekaligus pengembangan aspek individualitas didalam dirinya. Kemampuan Bereksistensi Ulil Albab Melalui kemampuan ini manusia menyadari bahwa dirinya memang ada dan eksis dengan sebenarnya. Dalam hal ini manusia punya kebebasan dalam ke beradaan’ nya. Berbeda dengan hewan di kandang atau tumbuhan di kebun yang ada’ tapi tidak menyadari keberadaan’ nya sehingga mereka menjadi onderdil dari lingkungannya. Sementara itu manusia mampu menjadi manajer bagi lingkungannya. Kemampuan ini juga perlu dibina melalui pendidikan. Manusia perlu diajarkan belajar dari pengalaman hidupnya, agar mampu mengatasi masalah dalam hidupnya dan siap menyambut masa depannya. Kemampuan dalam kepemimipinan Khalifah Dalam pandangan Islam manusia diciptakan bukan hanya sekedar mainan, melainkan untuk mengemban amanat Tuhan, yang pada akhirnya akan dimintai pertanggung jawaban. Itulah sebabnya pertama kali manusia diciptakan 83 diperkenalkan sebagai khalifah di muka bumi sebagaimana yang terdapat dalam surah al An’am ayat 165                   Artinya “Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa dibumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian yang lain beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan Sesungguhnya dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. QS. Al- An’am [6] 165 Dari ayat di atas menunjukkan bahwa nabi Adam as. sebagai manusia pertama yang memiliki kelebihan atau keunggulan-keunggulan dibandingkan degan kemampuan para malaikat dan makhluk lainnya. Jadi penetapan khalifah di muka bumi kepada nabi Adam as dan reproduksi manusia berikutnya adalah pertimbangan dari kemampuan potensi-potensi yang dimiliki manusia itu sendiri. Alllah SWT menggambarkan manusai sebagai satu makhluk pilihan Tuhan, sebagai khalifah-Nya di muka bumi, serta makhluk yang semi samawi dan semi duniawi yang di dalam dirinya ditanamkan sifat mengakui Tuhan, bebas, terpercaya, tanggung jawab terhadap dirinya maupun alam semesta serta dikaruniai keunggulan atas alam semesta, langit dan bumi. Manusia dipusakai kecenderungan untuk berbuat baik atau jahat. Kemaujudan manusia dimulai dari kelemahan dan ketidakmampuan, yang kemudian bergerak ke arah kekuatan tetapi itu tidak akan meghapuskan kegelisahan mereka, kecuali mereka dekat dengan Tuhan dan mengingat-Nya. Kemudain khalifah digambarkan sebagai manusia yang melakukan interaksi dengan lingkungan fisik, mereka membangun rumah-rumah untuk kediaman mereka dan istana-istana di gunung-gunung dan daratan sebagai lambang kemampuan dan kekuatan mereka. Dalam konteks ini, fungsi kekhalifahan untuk emmakmurkan bumi, mereka sebagai khalifah agar bertanggung jawab terhadap perbuatan mereka. Adapaun kata khalifah sendiri asalnya dari kata khalf yang artinya suksesi, pergantian atau generasi penerus, wakil, pengganti, penguasa, kata tersebut terulang sebanyak 22 kali dalam Alquran kemudain lahir kata khalifah. Kata ini muncul dalam sejarah pemerintah Islam sebagai institusi politik Islam, yang bersinonim dengan kata imamah yang berarti kepemimpinan M Dawam Rahardjo, 2002. Ibnu Khaldun dalam bukunya Muqaddimah, berbicara mengenai khalifah, khalifah dan imamah. Fokus pembahasannya adalah jatuh-bangunnya peradaban, ia 84 menceritakan tentang pengaruh kepemimpinan Badui terhadap peradaban sebagaimana ungkapan beliau “bagaimana peradaban selalu runtuh di tempat-tempat yang dikuasai dan dikalahkan oleh orang Badui,” ini disebabkan “sifat liar yang ada pada mereka, orang Badui menjadi bangsa yang palng sukar tunduk dipimpin orang lain”. Ibnu Khaldun banyak berbicara tentang perilaku, baik perilaku penduduk maupun elite yang membawa pengaruh terhadap suatu peradaban. Sejalan dengan apa yang sering dijelaskan dalam al- Qur’an ia melihat turun-naiknya suatu peradaban disebabkan karena perilaku Manusia di hadapan Tuhan merupakan wakil-Nya di bumi. Ini adalah kehormatan yang diberikan Tuhan kepada manusia dalam perwujudannya, manusai telah diberi kemampuan untuk berbuat dan memilih sesuatu oleh Tuhan, yang mengakibatkan manusia dapat semakin terhormat dan mempunyai arti atau sebaliknya manusia dapat memilih sesuatu yang dapat menjerumuskannya ke jurang kesesatan. Kelebihan dan keistimewaan manusia itu menempatkan sebagai makhluk yang terhormat dan memperoleh martabat yang tinggi diantara makhluk lainnya, bahkan ia dimuliakan oleh Allah SWT sebagaimana firmannya dalam surat al-Isra’ ayat 70         Artinya “Dan Sesungguhnya Telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di daratan dan di lautan, kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang Sempurna atas kebanyakan makhluk yang Telah kami ciptakan”. QS. Al-Isra’ [17] 70 Manusia sebagai khalifah merupakan gambaran cita ideal. Manusia seharusnya menentukan, nasibnya sendiri, baik sebagai kelompok masyarakat maupun sebagai individu. Manusia mempunyai tanggung jawab yang besar karena memiliki daya kehendak yang bebas. Manusia yang ideal adalah manusia themorfis dengan sifat-sifat keruhanian dapat mengendalikan sifat-sifat rendah yang lain. Manusia ideal mempunyai tiga aspek yakni kebenaran, kebajikan, dan keindahan. Dengan kata lain ia memiliki pengetahuan, etika dan seni. Semua ini dapat dicapai dengan kesadaran, kemerdekaan dan kreativitas. Gambaran cita ideal yang dicerminkan dalam posisi sebagai khalifah merupakan gabungan antara sifat-sifat yang saling melengkapi. Manusia ideal adanya mansuia yang memiliki otak ang berlian sekaligus memiliki kelembutan hati. Manusia ideal dengan kemampuan otaknya mampu menciptakan 85 peradaban yang tinggi dengan kemajuan ilmu dan teknologi, juga memiliki kadalaman perasaan terhadap segala sesuatu yang meyebabkan penderitaan, kemiskinan, kebodohan dan kelemahan di satu sisi manusia dapat menaklukkan dunia dan bersifat mendunia tetapi di pihak lain ia juga tidak mengesampingkan nilai-nilai spiritual. Manusia yang ideal adalah manusia yang mampu berpikir mendalam tanpa terjerumus ke dalam perenungan diri sehingga melupakan keadaan sekelilingnya. Manusia yang ideal juga melakukan kegiatan- kegiatan politik tanpa harus lupa diri, gila hormat atau gila kekuasaan. Manusia ideal tidak berbuat sesuatu yang luhur karena paksaan sosialdan lingkungannya, tidak mempunyai etika yang merupakan sekumpulan larangan dan norma yang berlaku di masyarakat semata, tetapi juga digerakkan oleh kesadaran sosialnya yang tinggi, kecintaanya terhadap nasib sesama. Sementara pemegang jabatan khalifah ini tidak lepas dari pengawasan Allah Swt. dalam melaksanakan fungsinya. Namun manusia sebagai khalifah Allah Swt. tidak mungkin melaksanakan tugas kekhalifahannya, kecuali dibekali oleh Allah Swt. dengan potensi-potensi yang dibawa sejak lahir yakni fitrah yang baik, yang memungkinkan dirinya mampu mengembangkan tugas tersebut. Islam memandang manusia sebagai khalifah Allah Swt. di bumi bertugas untuk mengurus, membangun dan mengelola bumi serta memakmurkannya harus berjalan sesuai dengan kehendak dan petunjuk Tuhan. Adapun tugas kekhalifahan manusia tergabung dalam empat sisi, satu lainnya saling berkaitan yaitu, pertama, mematuhi tugas yang diberikan Allah, kedua, menerima tugas tersebut dan melaksanakannya dalam kehidupan perorangan maupun kelompok, ketiga, memelihara serta mengolah lingkungan hidup untuk kemanfaatan bersama, keempat, menjadikan tugas-tugas khalifah sebagai pedoman pelaksanaanya M. Quraish Shihab, 2002. Potensi Manusia Jalaluddin mengatakan bahwa ada empatpotensi yang utamayang merupakanfitrahdari Allah kepada manusia Jalaluddin, 2003. Potensi Naluriah Emosional atau Hidayat al- Ghariziyyat Potensi naluriah ini memiliki beberapa dorongan yang berasal dari dalam diri manusia. Dorongan-dorongan ini merupakan potensi atau fitrah yang diperoleh manusia tanpa melalui proses belajar. Makanya potensi ini disebut juga potensi instingtif, dan potensi ini siap pakai sesuai dengan kebutuhan manusia dan kematangan perkembangannya. Dorongan yang pertama adalah insting untuk kelangsungan hidup seperti kebutuhan akan makan, minum penyesuaian diri dengan lingkungan. Dorongan yang kedua adalah dorongan untuk mempertahankan diri. Dorongan ini bisa berwujud emosi atau nafsu marah, dan mempertahankan diri dari berbagai macam ancaman dari luar dirinya, yang melahirkan kebutuhan akan perlindungan seprti senjata, rumah dan sebagainya. Yang ketiga adalah dorongan untuk berkembang biak atau meneruskan keturunan, yaitu naluri seksual. Dengan 86 dorongan ini manusia bisa tetap mengembangkan jenisnya dari generasi ke generasi. Potensi Inderawi Fisikal atau Hidayat al- HasiyyatPotensifisik ini bisa dijabarkan atas anggota tubuh atau indra-indra yang dimiliki manusia seperti indra penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba dan perasa. Potensi ini difungsikan melalui indra-indra yang sudah siap pakai hidung, telinga, mata, lidah, kulit, otak dan sisten saraf manusia. Pada dasarnya potensi fisik ini digunakan manusia untuh mengetahui hal-hal yang ada di luar diri mereka, seperti warna, rasa, suara, bau, bentuk ataupun ukuran sesuatu. Jadi bisa dikatkan poetensi merupakan alat bantu atau media bagi manusia untuk mengenal hal-hal di luar dirinya. Potensi fisikal dan emosional ini terdapat juga pada binatang. Potensi Akal Intelektual atau Hidayat al- Aqliyat Potensi akal atauintelektual hanya diberikan Allah kepada manusia sehingga potensiinilah yang benar-benarmembuatmanusiamenjadi makhluk sempurna danmembedakannya “potensi akal memberi kemampuankepada manusiauntuk memahamisimbol- simbol, hal-hal yang abstrak,menganalisa, membandingkan,maupunmembuat kesimpulan yang akhirnya memilihdanmemisahkanantara yang benardengan yang salah. Kebenaran akal mendorongmanusia berkreasi danberinovasi dalam menciptakankebudayaan sertaperadaban. Manusiadengankemampuanakalnya mampumenguasai ilmupengetahuan danteknologi, mengubahsertamerekayasa lingkungannya,menujusituasikehidupanyang lebihbaik, aman, dannyaman.” Jalaluddin, 2003. Potensi Agama Spiritual atau Hidayat al- Diniyyat Selain potensi akal, sejak awal manusia telah dibekali dengan fitrah beragama atau kecenderungan pada agama. Fitrah ini akan mendorong manusia untuk mengakui dan mengabdi kepada sesuatu yang dianggapnya memiliki kelebihan dan kekuatan yang lebih besar dari manusia itu sendiri. Nantinya, pengakuan dan pengabdian ini akan melahirkan berbagai macam bentuk ritual atau upacara-upacara sakral yang merupakan wujud penyembahan manusia kepada Tuhannya. Dalam pandangan Islam kecenderungan kepada agama ini merupakan dorongan yang bersal dari dalam diri manusia sendiri yang merupakan anugerah dari Allah. Dalam al-Qur’an dijelaskan        87 “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,’ QS ar-Rūm30. Kesim pulan Manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna dan dalam berbagai ayat al- Qur’an dijelaskan tentang kesempurnaan penciptaan manusia tersebut. Kesempurnaan penciptaan manusia itu kemudian semakin “disempurnakan” oleh Allah dengan mengangkat manusia sebagai khalifah dimuka bumi yang mengatur dan memanfaatkan alam. Allah juga melengkapi manusia dengan berbagai potensi yang dapat dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia itu sendiri. Diantara potensi-potensi tersebut adalah potensi emosional, potensi fisikal. potensi akal dan potensi spritual. Keseluruhan potensi manusia ini harus dikembangkan sesuai dengan fungsi dan tujuan pemberiannya oleh Tuhan. Ada berbagai pandangan dan pendapat seputar pengembangan potensi manusia, seperti pandangan filosofis, kronologis, fungsional dan sosial. Di samping memiliki berbagai potensi manusia juga memiliki berbagai karakteristik atau ciri khas yang dapat membedakannya dengan hewan yang merupakan wujud dari sifat hakikat manusia. 88 Daftar P ustaka AL Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islam Membangun Kerangka Ontologi, Ep i stimologi, dan Aksi ologi Pr a ktik P endidikan Bandung Citap ustaka Media Perin ti s, 2 0 0 8. A. Ba i q uni, Ens i k l o pedi Al-Qur’an du nia Islam Mo d ern Yogyakarta PT. Da n a Bhakti Prima Vasa, 2 0 0 5 . Abdur r ahman, Ai syah, Manusia Sen si tivitas dan Henneneutika al -Qu r’an, ter j . M. Adib al-arief Jakarta LKPS M , 1997. Asyari , M u s a , Filsafat Islam Sunnah Nabi da l am Berfiki r Yogyakarta LES F 1, 2002. Na w awi ,R if’at Syauq i, Konsep Manusia Menuru t al-Qur’an dal a m Met odelogi Ps i k o l ogi I slam , Ed. Rendra Yo gyakarta P us taka Pelaj a r , 2000. Raharjo , Dawam, Pandangan al-Qur’an Tentang Manu sia Dalam Pen di dikan Dan Perspektif al-Qur’an Yog yakarta LPPI, 1999. Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Te l aah Si stem Pen di dikan dan Pem i kiran Para Tokohnya Jakarta Kalam Mulia, 2009. Shi hab, M. Quraish , Wawasan al-Qur’an Tafsir Maudhu’I atas Perbagia Per s oa lan Umat B andung Mizan u s taka, 2006. De s mita,Psi kolog iPerkemban g an, BandungRosd a Kar y a, 2007. Dj amarah , Sy a i ful Bahri, Guru dan Ana k Didik dalamInt er aksi EducatifSua t u pendekatan Psi kologis, Jakarta Ri neka Ci pt a, 2010, Jala ludd in,TeologiPendidikan, Jakarta Raja Grafin doPe r s a da, 2003. Yusuf, Syams u, Psi kolog iPerke mban g a n An ak dan Remaja, Bandung Rosdakarya, 2004. Zakiah Da r adjat, dkk. , Met o dik Khu susPengajara n Agama Islam, Jakarta Bumi Aksara, 201 1. Zuhairini,Fi lsafat Pendi di k an Islam, Jakarta Bina Aksar a, 2009. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this PustakaA L RasyidinFalsafah Pendidikan IslamDaftar Pustaka AL Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islam Membangun Kerangka Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi Praktik Pendidikan Bandung Citapustaka Media Perinti s, Al-Qur'an dunia Islam Modern Yogyakarta PT. Dana Bhakti Prima VasaA BaiquniA. Baiquni, Ensiklopedi Al-Qur'an dunia Islam Modern Yogyakarta PT. Dana Bhakti Prima Vasa, dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya Jakarta Kalam MuliaDawam RaharjoPandangan AlRaharjo, Dawam, Pandangan al-Qur'an Tentang Manusia Dalam Pendidikan Dan Perspektif al-Qur'an Yogyakarta LPPI, 1999. Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya Jakarta Kalam Mulia, al-Qur'an Tafsir Maudhu'I atas Perbagia Persoalan Umat Bandung Mizan ustakaM ShihabQuraishShihab, M. Quraish, Wawasan al-Qur'an Tafsir Maudhu'I atas Perbagia Persoalan Umat Bandung Mizan ustaka, 2006. tentangmanusia berdasarkan sumber-sumber referensi Islam. Nashori (1997) juga menjelaskan bahwa pola kedua, yakni komparasi antara konsep psikologi Barat dan Islam sifatnya masih diperlukan karena melalui studi ini dapat dipahami persamaan dan perbedaan, kekuatan dan kelemahan diantara dua konsep tersebut. Beberapa variabel telah dikaji oleh tokoh Manusia adalah mahluk yang diciptakan Allah dengan kesempurnaan akal, hati dan pikiran. Mengenai hakikat manusia, Allah SWT menerangkannya dalam Alquran. Setidaknya ada 4 poin yang disebutkan dalam kitab suci Alquran terkait hakikat Manusia diciptakan oleh Allah untuk menyembah kepada-Nya. Hal ini disebutkan dalam QS adz-Dzariyat ayat 56.“Tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah kepada-Ku.”2. Manusia ditugaskan untuk mengemban amanah tugas keagamaan. Hal ini disebutkan dalam QS al- Ahzab 72.“Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zholim dan amat bodoh.”3. Manusia ditugaskan untuk menjadi pengelola khalifah di bumi. Hal ini disebutkan dalam QS al-Baqarah ayat 30.“Dan ingatlah tatkala Tuhan engkau berkata kepada Malaikat Sesungguhnya Aku hendak menjadikan di bumi seorang khalifah.”4. Manusia juga ditugaskan untuk menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar. Hal ini disebutkan dalam QS Ali Imran ayat 110.“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah…”Untuk mengemban semua amanah tersebut, Allah menganugerahi manusia dengan banyak potensi, termasuk akal, hati dan selain berbagai keslebihan yang dimilikinya, sebagai mahluk, manusia juga mempunyai kelemahan. Allah juga menyebutkan soal kelemahan manusia ini dlam manusia itu suka membantahHal ini terungkap dalam Qur’an surat Al-kahfi ayat 54.“Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al Quran ini bermacam-macam perumpamaan. Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah.”2. Manusia itu bersifat lemahHal ini terungkap dalam Qur’an surat An-Nisa ayat 28.“Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah.”3. Manusia itu zalim dan bodohHal ini terungkap dalam Qur’an surat Al-Ahzab ayat 72.“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.”Hal ini terungkap dalam Qur’an surat Al-Qiyamah ayat 5“Bahkan manusia itu hendak bermaksiat terus-menerus.”5. Mencintai kehidupan duniaHal ini terungkap dalam Qur’an surat Al-Qiyamah ayat 20“Sekali-kali janganlah demikian. Sebenarnya kamu hai manusia mencintai kehidupan dunia.”6. Manusia suka melampaui batasHal ini terungkap dalam Qur’an surat Al-Alaq ayat 6“Ketahuilah sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas.”7. Manusia kadang malas berbuat baikHal ini terungkap dalam Qur’an surat Al-Ma’arij ayat 21“Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir.”8. manusia senang berkeluh kesah dan gelisahHal ini terungkap dalam Qur’an surat Al-Ma’arij ayat 19“Sesungguhnya manusia diciptakan berkeluh kesah lagi kikir.”9. Manusia sering tergesa-gesaHal ini terungkap dalam Qur’an surat Al-Anbiya ayat 37“Manusia telah dijadikan bertabiat tergesa-gesa. Kelak akan Aku perIihatkan kepadamu tanda-tanda azab-Ku. Maka janganlah kamu minta kepada-Ku mendatangkannya dengan segera.”10. Manusia itu kikirHal ini terungkap dalam Qur’an surat Al-Isra’ ayat 100“Katakanlah Kalau seandainya kamu menguasai perbendaharaan-perbendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu kamu tahan, karena takut membelanjakannya’. Dan adalah manusia itu sangat kikir.”Nah, meski manusia dianugerahi banyak kelebihan, bahkan dinyatakan sebagai mahluk yang paling sempurna diantara semua mahluk Allah yang lainnya, hal itu bukan alasan menjadikannya boleh sombong atau uzub. Sebab, pada kenyataannya, manusia juga punya banyak kelemahan. Keduanya berpotensi menjadikan dirinya bertambah baik atau justru menyebabkannya menjadi buruk.
Dalamal-Quran sendiri, kata hutang terkadang menggunakan dengan kata qardh dan dayn, seperti yang tercantum pada al Qur’an surat Al-Baqarah ayat 245, Al-Maidah ayat 12, Al-Hadid ayat 11 dan 18, Al-Tagabun ayat 17, Al-Muzzammil ayat 20 dan masih banyak lainnya.. Sedangkan dalam hadits, banyak sekali riwayat-riwayat yang membahas segala sesuatu yang

Mei 20, 2021 Benarkah manusia makhluk yang diistimewakan? Manusia adalah makhluk yang diberi banyak kelebihan oleh Allah. Hal itu banyak dijelaskan dalam al-Quran, diantaranya sebagai berikut Bentuk Manusia Dibaguskan dan DiperindahAllah swt ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ بِٱلۡحَقِّ وَصَوَّرَكُمۡ فَأَحۡسَنَ صُوَرَكُمۡۖ وَإِلَيۡهِ ٱلۡمَصِيرُ Dia menciptakan langit dan bumi dengan haq. Dia membentuk rupamu dan dibaguskan-Nya rupamu itu dan hanya kepada Allah-lah kembalimu At-Taghabun 3Mendapat tempat tinggal dan kesenanganفَأَزَلَّهُمَا ٱلشَّيۡطَٰنُ عَنۡهَا فَأَخۡرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِۖ وَقُلۡنَا ٱهۡبِطُواْ بَعۡضُكُمۡ لِبَعۡضٍ عَدُوّٞۖ وَلَكُمۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ مُسۡتَقَرّٞ وَمَتَٰعٌ إِلَىٰ حِينٖ Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan" Al-Baqarah 36Kebutuhan manusia dipenuhi Allahوَجَعَلۡنَا لَكُمۡ فِيهَا مَعَٰيِشَ وَمَن لَّسۡتُمۡ لَهُۥ بِرَٰزِقِينَ Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan Kami menciptakan pula makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezeki kepadanya. Al-Hijr 20Manusia dimuliakan dan diberi rizki yang baik-baikوَلَقَدۡ كَرَّمۡنَا بَنِيٓ ءَادَمَ وَحَمَلۡنَٰهُمۡ فِي ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ وَرَزَقۡنَٰهُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ وَفَضَّلۡنَٰهُمۡ عَلَىٰ كَثِيرٖ مِّمَّنۡ خَلَقۡنَا تَفۡضِيلٗا Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. Al-Isra 70Manusia diberi kemampuan mengarungi daratanهُوَ ٱلَّذِي يُسَيِّرُكُمۡ فِي ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِۖ حَتَّىٰٓ إِذَا كُنتُمۡ فِي ٱلۡفُلۡكِ وَجَرَيۡنَ بِهِم بِرِيحٖ طَيِّبَةٖ وَفَرِحُواْ بِهَا جَآءَتۡهَا رِيحٌ عَاصِفٞ وَجَآءَهُمُ ٱلۡمَوۡجُ مِن كُلِّ مَكَانٖ وَظَنُّوٓاْ أَنَّهُمۡ أُحِيطَ بِهِمۡ دَعَوُاْ ٱللَّهَ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ لَئِنۡ أَنجَيۡتَنَا مِنۡ هَٰذِهِۦ لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلشَّٰكِرِينَ Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan, berlayar di lautan. Sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai, dan apabila gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung bahaya, maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya semata-mata. Mereka berkata "Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini, pastilah kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur" Yunus 22Manusia diberi kemampuan mengarungi lautanرَّبُّكُمُ ٱلَّذِي يُزۡجِي لَكُمُ ٱلۡفُلۡكَ فِي ٱلۡبَحۡرِ لِتَبۡتَغُواْ مِن فَضۡلِهِۦٓۚ إِنَّهُۥ كَانَ بِكُمۡ رَحِيمٗا Tuhan-mu adalah yang melayarkan kapal-kapal di lautan untukmu, agar kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyayang terhadapmu. Al-Isra 66Dan manusia diberi kemampuan untuk mengelilingi alam semestaيَٰمَعۡشَرَ ٱلۡجِنِّ وَٱلۡإِنسِ إِنِ ٱسۡتَطَعۡتُمۡ أَن تَنفُذُواْ مِنۡ أَقۡطَارِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ فَٱنفُذُواْۚ لَا تَنفُذُونَ إِلَّا بِسُلۡطَٰنٖ Hai jama´ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus melintasi penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan. Ar-Rahman 33Tentunya sebagai makhluk yang diberi akal, manusia haruslah berpikir dan berusaha agar dapat mempertahankan hidupnya. Jadi sekalipun segala kebutuhannya telah disediakan oleh Allah, namun manusia tidak dibenarkan hanya menadahkan tangan menjadi peminta minta sebagaimana yang dijelaskan Allah dalam surat Al-Balad ayat maksudnya Allah menetapkan suatu ketentuan, bahwa untuk mencapai tujuan yang mulia dalam kehidupannya, manusia haruslah berjuang dengan sungguh-sungguh, itulah sebabnya usaha manusia berbeda-beda.

a Kebenaran Ilmiah. Ada beberapa perbedaan pendapat hubungan Al-Quran dengan ilmu pengetahuan. Dalam kitab Jawahir Al-Quran, Imam Ghazali menerangkan bahwa seluruh cabang ilmu pengetahuan yang terdahulu dan yang kemudian, yang telah diketahui maupun yang belum, semua bersumber dari Al-Quran. Sedangkan Imam Syathibi tidak sependapat dengan

ArticlePDF Available Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. 467Jurnal Penelitian,Vol. 11, No. 2, Agustus 2017 PSIKOLOGI DAN KEPRIBADIAN MANUSIAPerspektif Al-Qur’an Dan Pendidikan IslamAat HidayatSTAIN Kudus, Jawa Tengah, Indonesiaaathiedayat and human personality qur’anic and islamic education perspective. One of the goals of Islamic education is to maintain and shape the human personality so that he becomes a plenary man who can maximize his role and duties as a servant devoted to Allah swt. and became the khali>fah of Allah swt. on earth. For this purpose, it is necessary to formulate the human personality that will guide and guide Islamic education in carrying out its educative role. By tracing the verses of the Qur’an that speak about humans and examine them philosophically, this paper intends to reveal a comprehensive picture of the human personality according to the Qur’an and Islamic education. Through the study it was concluded that man has two sides, namely 1 relating to personality and spiritual aspect; 2 relating to the physical as well as the physical and physical aspects. This comprehensive human personality requires the movement and the area of Islamic education to touch all aspects of man. It not only touches the cognitive aspects, but also the affective, and psychomotor aspects. The development of human personality through comprehensive Islamic education will guide Aat Hidayat468 Jurnal Penelitian, Vol. 11, No. 2, Agustus 2017human beings in order to strengthen their good potential so that they can maximize their main task to worship Allah Almighty a>bid and become khali>fah of Allah swt. on earth khali>fah > al-ard}.Keyword Psychology, Human Personality, Al-Qur’an, Islamic Education. AbstrakSalah satu tujuan pendidikan Islam adalah menjaga dan membentuk kepribadian manusia agar ia menjadi manusia paripurna yang mampu memaksimalkan peran dan tugasnya sebagai hamba yang mengabdi kepada Allah swt. dan menjadi khalifah Allah swt. di muka bumi. Untuk tujuan ini, perlu dirumuskan kepribadian manusia yang akan menjadi panduan dan acuan pendidikan Islam dalam menjalankan peran edukatifnya. Dengan menelusuri ayat-ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang manusia dan menelaahnya secara losos, tulisan ini bermaksud mengungkap gambaran komprehensif tentang kepribadian manusia menurut Al-Qur’an dan pendidikan Islam. Lewat kajian tersebut disimpulkan bahwa manusia memiliki dua sisi, yaitu 1 berkaitan dengan kepribadian dan aspek rohaniah; 2 berkaitan dengan sik serta aspek lahiriah dan jasmaniah. Kepribadian manusia yang komprehensif ini meniscayakan gerak dan wilayah pendidikan Islam harus menyentuh segala aspek manusia. Tidak hanya menyentuh aspek kognitif, tapi juga aspek afektif, dan aspek psikomotorik. Pembinaan kepribadian manusia lewat pendidikan Islam yang komprehensif ini akan menuntun manusia agar bisa memperkokoh potensi baiknya sehingga ia bisa memaksimalkan tugas utamanya untuk beribadah kepada Allah swt. a>bid dan menjadi khalifah Allah swt. di muka bumi khali>fah > al-ard}.Kata KunciPsikologi, Kepribadian Manusia, Al-Qur’an, Pendidikan Al-Qur’an adalah kitabulla>h yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. untuk segenap manusia. Di dalamnya Allah swt. menyapa akal dan perasaan manusia, mengajarkan tauhid Jurnal Penelitian, Vol. 11, No. 2, Agustus 2017 469Psikologi dan Kepribadian Manusia....kepada manusia, menyucikan manusia dengan berbagai ibadah, menunjukkan manusia kepada hal-hal yang dapat membawa kebaikan serta kemaslahatan dalam kehidupan individual dan sosial manusia, membimbing manusia kepada agama yang luhur agar mewujudkan diri, mengembangkan kepribadian manusia, serta meningkatkan diri manusia ke taraf kesempurnaan insani. Dengannya, manusia dapat mewujudkan kebahagiaan di dunia dan juga mendorong manusia untuk merenungkan perihal dirinya, keajaiban penciptaannya, serta keakuratan pembentukannya. Sebab, pengenalan manusia terhadap dirinya dapat mengantarkannya pada marifatulla>h, sebagaimana tersirat dalam at}-T{a>riq [86] 5-7. Maka, hendaklah manusia merenungkan, dari apa ia diciptakan. Ia diciptakan dari air yang terpancar, yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada. at}-T{a>riq [86] 5-7Berkaitan dengan hal ini, terdapat sebuah as\ar yang menyebutkan bahwa “Barang siapa mengenal dirinya, niscaya ia mengenal Tuhan-nya.”Di samping itu, Al-Qur’an juga memuat petunjuk mengenai manusia, sifat-sifat dan keadaan psikologisnya yang berkaitan dengan pembentukan gambaran yang benar tentang kepribadian manusia, motivasi utama yang menggerakkan perilaku manusia, serta faktor-faktor yang mendasari keselarasan dan kesempurnaan kepribadian manusia dan terwujudnya kesehatan jiwa artikel ini, penulis akan memaparkan secara deskriptis-analitis psikologi dan kepribadian manusia menurut perspektif Al-Qur’an dan pendidikan Islam. Diharapkan gambaran tentang psikologi dan kepribadian manusia secara 1 Muhammad Utsman Najati, Psikologi dalam Al-Qur’an Terapi Qur’ani d -lam Penyembuhan Gangguan Kejiwaan, terj. M. Zaka al-Farisi Bandung Pustaka Setia, 2005, Ibid., 19. Aat Hidayat470 Jurnal Penelitian, Vol. 11, No. 2, Agustus 2017komprehensif menurut perspektif Al-Qur’an dan pendidikan Islam akan menjadi bahan untuk merumuskan langkah edukatif lembaga pendidikan Islam dalam mendidik para siswanya sehingga menjadi manusia ideal dan manusia paripurna insa>n ka>mil sebagaimana dirumuskan Al-Qur’ Denisi Manusia 1. Ketika berbicara tentang manusia, Al-Qur’an menggunakan tiga istilah pokok. Pertama, menggunakan kata yang terdiri atas huruf alif, nun, dan sin, seperti kata insa>n, ins, na>s, dan una>s. Kedua, menggunakan kata basyar. Ketiga, menggunakan kata Bani> At A untuk menunjuk manusia dari sudut lahiriahnya serta persamaannya dengan manusia Dengan demikian, kata basyar dalam Al-Qur’an menunjuk pada dimensi material manusia yang suka makan, minum, tidur, dan Dari makna ini lantas lahir makna-makna lain yang lebih memperkaya denisi manusia. Dari akar kata basyar lahir makna bahwa proses penciptaan manusia terjadi secara bertahap sehingga mencapai tahap Allah swt. Berrman dalam ar-Ru>m [30] 20 3 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an Tafsir Tematik atas Pelbagai Pers -alan Umat Bandung Mizan, 2007, Cek dalam Muhammad Fuad Abd al-Baqi, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfa>z} Al-Qur’a>n Al-Kari>m Beirut Dar al-Fikr, Aisyah Abdurrahman Bintusy Syathi’, Manusia Sensitivitas Hermeneutika Al-Qur’an, terj. M. Adib al-Arief Yogyakarta LKPSM, 1997, M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, 368. Jurnal Penelitian, Vol. 11, No. 2, Agustus 2017 471Psikologi dan Kepribadian Manusia....Dan, di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu menjadi manusia yang berkembang biak. ar-Ru>m [30] 20Selain itu, kata basyar juga dikaitkan dengan kedewasaan manusia yang menjadikannya mampu memikul tanggung jawab. Akibat kemampuan mengemban tanggung jawab inilah, maka pantas tugas kekhalifahan dibebankan kepada Hal ini sebagaimana rman Allah berikut ingatlah, ketika Tuhanmu berrman kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka, apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh ciptaan-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.” al-H{ijr [15] 28-29Ingatlah ketika Tuhanmu berrman kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata, “Mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berrman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” al-Baqarah [2] 30Sementara itu, kata insa>n terambil dari kata ins yang berarti jinak, harmonis, dan Musa Asy’arie menambahkan bahwa kata insa>n berasal dari tiga kata anasa yang berarti melihat, meminta izin, dan mengetahui; nasiya yang berarti lupa; dan al-uns yang berarti Menurut M. Quraish Shihab, makna jinak, harmonis, dan tampak lebih tepat daripada pendapat yang mengatakan bahwa kata insa>n terambil dari kata nasiya lupa dan 7 Ibid., M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, 369. 9 Musa Asy’arie, Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam Al-Qur’an Yogy -karta LESFI, 1992, 19. Aat Hidayat472 Jurnal Penelitian, Vol. 11, No. 2, Agustus 2017kata na>sa-yanu>su berguncang.10 Dalam Al-Qur’an, kata insa>n disebut sebanyak 65 Kata insa>n digunakan Al-Qur’an untuk menunjuk kepada manusia dengan seluruh totalitasnya, jiwa dan Bahkan, lebih jauh Bintusy Syathi’ menegaskan bahwa makna kata insa>n inilah yang membawa manusia sampai pada derajat yang membuatnya pantas menjadi khalifah di muka bumi, menerima beban takli>f dan amanat kata ini, yakni basyar dan insa>n, sudah cukup menggambarkan hakikat manusia dalam Al-Qur’an. Dari dua kata ini, penulis menyimpulkan bahwa denisi manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna, yang diciptakan secara bertahap, yang terdiri atas dimensi jiwa dan raga, jasmani dan rohani, sehingga memungkinkannya untuk menjadi wakil Allah di muka bumi khali>fah Alla>h > al-ard}.Asal-Usul Penciptaan Manusia2. Al-Qur’an telah memberikan informasi kepada kita mengenai proses penciptaan manusia melalui beberapa fase dari tanah menjadi lumpur, menjadi tanah liat yang dibentuk, menjadi tanah kering, kemudian Allah swt. meniupkan ruh kepadanya, lalu terciptalah Adam Hal ini diisyaratkan Allah swt. dalam S{a>d [38] ketika Tuhanmu berrman kepada malaikat, “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka, apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya ruh ciptaan-Ku, maka hendaklah kamu menyungkur dengan bersujud kepadanya.” S{a>d [38] 71-7210 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, Muhammad Fuad Abd al-Baqi, al-Mu’jam al-Mufahras, 119-120. 12 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, Aisyah Abdurrahman Bintusy Syathi’, Manusia, Ibid., 362. Jurnal Penelitian, Vol. 11, No. 2, Agustus 2017 473Psikologi dan Kepribadian Manusia....Perhatikan juga rman Allah swt. dalam al-H{ijr [15] ingatlah, ketika Tuhanmu berrman kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka, apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh ciptaan-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.” al-H{ijr [15] 28-29Dalam Al-Qur’an, kata ruh ar-ru>h} mempunyai beberapa arti. Pengertian ruh yang disebutkan dalam ayat-ayat yang menjelaskan penciptaan Adam adalah ruh dari Allah swt. yang menjadikan manusia memiliki kecenderungan pada sifat-sifat luhur dan mengikuti kebenaran. Hal ini yang kemudian menjadikan manusia lebih unggul dibanding seluruh makhluk yang lain. Karakteristik ruh yang berasal dari Allah ini menjadikan manusia cenderung untuk mengenal Allah swt. dan beribadah kepada-Nya, memperoleh ilmu pengetahuan dan menggunakannya untuk kemakmuran bumi, serta berpegang pada nilai-nilai luhur dalam perilakunya, baik secara individual maupun sosial, yang dapat mengangkat derajatnya ke taraf kesempurnaan insaniah yang tinggi. Oleh sebab itu, manusia layak menjadi khalifah Allah dan materi yang terdapat pada manusia itu tercipta dalam satu kesatuan yang saling melengkapi dan harmonis. Dari perpaduan keduanya ini terbentuklah diri manusia dan kepribadiannya. Dengan memperhatikan esensi manusia dengan sempurna dari perpaduan dua unsur tersebut, ruh dan materi, kita akan dapat memahami kepribadian manusia secara dalam ayat lain juga disebutkan mengenai permulaan penciptaan manusia yang berasal dari manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan dari kubur, maka ketahuilah sesungguhnya kami 15 Muhammad Utsman Najati, Psikologi dalam Al-Qur’an, 364. Aat Hidayat474 Jurnal Penelitian, Vol. 11, No. 2, Agustus 2017telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar kami jelaskan kepada kamu dan kami tetapkan dalam rahim, apa yang kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian dengan berangsur-angsur kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan ada pula di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan, kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. al-H{ajj [22] 5Kemudian kami jadikan saripati itu air mani yang disimpan dalam tempat yang kokoh rahim. Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang-belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang berbentuk lain. Maka, Mahasuci-lah Allah, Pencipta yang paling baik. al-Mu’minu>n [23] 13-14Itulah di antara sekian banyak ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang asal-usul penciptaan manusia. Penciptaan manusia yang bermula dari tanah ini tidak berarti bahwa manusia dicetak dengan memakai bahan tanah seperti orang membuat patung dari tanah. Akan tetapi, penciptaan manusia dari tanah tersebut bermakna simbolik, yaitu saripati yang merupakan faktor utama dalam pembentukan jasad manusia. Penegasan Al-Qur’an yang menyatakan bahwa manusia diciptakan dari tanah ini merujuk pada pengertian jasadnya. Oleh karena itu, Al-Qur’an menyatakan bahwa kelak ketika ajal kematian manusia telah sampai, maka jasad itu akan kembali pula ke asalnya, yaitu Musa Asy’arie, Manusia Pembentuk Kebudayaan, 63-65. Jurnal Penelitian, Vol. 11, No. 2, Agustus 2017 475Psikologi dan Kepribadian Manusia....Secara komprehensif, Umar Shihab memaparkan bahwa proses penciptaan manusia terbagi ke dalam beberapa fase kehidupan sebagai Pertama, fase awal kehidupan manusia yang berupa tanah. Manusia berasal dari tanah disebabkan oleh dua hal a manusia adalah keturunan Nabi Adam yang diciptakan dari tanah; b sperma atau ovum yang menjadi cikal bakal manusia bersumber dari saripati makanan yang berasal dari tanah. Kedua, saripati makanan yang berasal dari tanah tersebut menjadi sperma atau ovum, yang disebut oleh Al-Qur’an dengan istilah nutfah. Ketiga, kemudian sperma dan ovum tersebut menyatu dan menetap di rahim sehingga berubah menjadi embrio alaqah. Keempat, proses selanjutnya, embrio tersebut berubah menjadi segumpal daging mud}gah. Kelima, proses ini merupakan kelanjutan dari mud}gah. Dalam hal ini, bentuk embrio sudah mengeras dan menguat sampai berubah menjadi tulang belulang iz}a>m. Keenam, proses penciptaan manusia selanjutnya adalah menjadi daging lah}mah. Ketujuh, proses peniupan ruh. Pada fase ini, embrio sudah berubah menjadi bayi dan mulai bergerak. Kedelapan, setelah sempurna kejadiannya, akhirnya lahirlah bayi tersebut ke atas beberapa deskripsi dan gambaran Al-Qur’an tentang proses penciptaan manusia. Secara garis besar, penggambaran tentang proses penciptaan manusia tersebut lebih bertumpu pada penciptaan manusia secara jasmani. Walaupun demikian, setelah proses penciptaan secara jasmani paripurna, akhhirnya Allah swt. meniupkan ruh kepada jasad manusia tersebut. Artinya, dalam proses penciptaan manusia, tetap tergabung proses secara jasmani dan secara rohani. Dan, proses inilah yang menjadikan manusia sebagai makhluk sempurna yang terdiri atas unsur jasmani dan unsur Penjelasan mengenai fase kehidupan manusia ini didasarkan pada al-Mu’minu>n [23] 13-14. Lihat Umar Shihab, Kontekstualitas Al-Qur’an Kajian Tematik atas Ayat-ayat Hukum dalam Al-Qur’an Jakarta Penamadani, 2005, 105-106. Aat Hidayat476 Jurnal Penelitian, Vol. 11, No. 2, Agustus 2017Kepribadian Manusia dalam Al-Qur’an3. Para psikolog memandang kepribadian sebagai struktur dan proses psikologis yang tetap, yang menyusun pengalaman-pengalaman individu serta membentuk berbagai tindakan dan respons individu terhadap lingkungan tempat Dalam masa pertumbuhannya, kepribadian bersifat dinamis, berubah-ubah dikarenakan pengaruh lingkungan, pengalaman hidup, ataupun pendidikan. Kepribadian tidak terjadi secara serta merta, tetapi terbentuk melalui proses kehidupan yang panjang. Dengan demikian, apakah kepribadian seseorang itu baik atau buruk, kuat atau lemah, beradab atau biadab sepenuhnya ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi dalam perjalanan kehidupan seseorang Psikologisa. Dalam kepribadian manusia terkandung sifat-sifat hewan dan sifat-sifat malaikat yang terkadang timbul pergulatan antara dua aspek kepribadian manusia tersebut. Adakalanya, manusia tertarik oleh kebutuhan dan syahwat tubuhnya, dan adakalanya ia tertarik oleh kebutuhan mengisyaratkan pergulatan psikologis yang dialami oleh manusia, yakni antara kecenderungan pada kesenangan-kesenangan jasmani dan kecenderungan pada godaan-godaan kehidupan duniawi. Jadi, sangat alamiah bahwa pembawaan manusia tersebut terkandung adanya pergulatan antara kebaikan dan keburukan, antara keutamaan dan kehinaan, dan lain sebagainya. Untuk mengatasi pergulatan antara aspek material dan aspek spiritual pada manusia tersebut dibutuhkan solusi yang baik, yakni dengan menciptakan keselarasan di antara Muhammad Utsman Najati, Psikologi dalam Al-Qur’an, 359. 19 Zuhairini, dkk., Filsafat Pendidikan Islam Jakarta Bumi Aksara, 2004, 186. Jurnal Penelitian, Vol. 11, No. 2, Agustus 2017 477Psikologi dan Kepribadian Manusia....Di samping itu, Al-Qur’an juga mengisyaratkan bahwa manusia berpotensi positif dan negatif. Pada hakikatnya potensi positif manusia lebih kuat daripada potensi negatifnya. Hanya saja daya tarik keburukan lebih kuat dibanding daya tarik positif dan negatif manusia ini banyak diungkap oleh Al-Qur’an. Di antaranya ada dua ayat yang menyebutkan potensi positif manusia, yaitu at-Ti>n [95] 5 manusia diciptakan dalam bentuk dan keadaan yang sebaik-baiknya dan al-Isra>’ [7] 70 manusia dimuliakan oleh Allah dibandingkan dengan kebanyakan makhlik-makhluk yang lain. Di samping itu, banyak juga ayat Al-Qur’an yang mencela manusia dan memberikan cap negatif terhadap manusia. Di antaranya adalah manusia amat aniaya serta mengingkari nikmat Ibrahim [14] 34, manusia sangat banyak membantah al-Kah [18] 54, dan manusia bersifat keluh kesah lagi kikir al-Ma’arij [70] 19.21Sebenarnya, dua potensi manusia yang saling bertolak belakang ini diakibatkan oleh perseteruan di antara tiga macam nafsu, yaitu nafsu amma>rah bi as-su>’ jiwa yang selalu menyuruh kepada keburukan, lihat Yu>suf [12] 53; nafsu lawwa>mah jiwa yang amat mencela, lihat al-Qiya>mah [75] 1-2; dan nafsu mut}ma’innah jiwa yang tenteram, lihat al-Fajr [89] Konsepsi dari ketiga nafsu tersebut merupakan beberapa kondisi yang berbeda yang menjadi sifat suatu jiwa di tengah-tengah pergulatan psikologis antara aspek material dan aspek Pola-pola Kepribadian Menurut Al-Qur’anb. Kepribadian merupakan “keniscayaan”, suatu bagian dalam interior dari diri kita yang masih perlu digali dan ditemukan agar sampai kepada keyakinan siapakah diri kita yang sesungguhnya. Dalam Al-Qur’an Allah telah menerangkan 20M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, bid., Muhammad Utsman Najati, Psikologi dalam Al-Qur’an, Ibid., 377. Aat Hidayat478 Jurnal Penelitian, Vol. 11, No. 2, Agustus 2017model kepribadian manusia yang memiliki keistimewaan dibanding model kepribadian lainnya. Di antaranya adalah al-Baqarah [2] 1-20. Rangkaian ayat ini menggambarkan tiga model kepribadian manusia, yakni kepribadian orang beriman, kepribadian orang kar, dan kepribadian orang muna ini adalah sifat-sifat atau ciri-ciri dari masing-masing tipe kepribadian berdasarkan apa yang dijelaskan dalam rangkaian ayat Orang Beriman 1 Mu’minu>nDikatakan beriman bila ia percaya pada rukun iman yang terdiri atas iman kepada Allah swt., iman kepada para malaikat-Nya, iman kepada Kitab-kitab-Nya, iman kepada para rasul-Nya, percaya pada Hari Akhir, dan percaya pada ketentuan Allah qadar/takdir. Rasa percaya yang kuat terhadap rukun iman tersebut akan membentuk nilai-nilai yang melandasi seluruh aktivitasnya. Dengan nilai-nilai itu, setiap individu seyogianya memiliki kepribadian yang lurus atau kepribadian yang sehat. Orang yang memiliki kepribadian lurus dan sehat ini memiliki ciri-ciri antara lain a akan bersikap moderat dalam segala aspek kehidupan; b rendah hati di hadapan Allah dan juga terhadap sesama manusia; c senang menuntut ilmu; d sabar; e jujur, dan manusia mukmin dengan segenap ciri yang terdapat dalam Al-Qur’an ini merupakan gambaran manusia paripurna insa>n ka>mil dalam kehidupan ini, dalam batas yang mungkin dicapai oleh manusia. Allah swt. menghendaki kita untuk dapat berusaha mewujudkannya dalam diri kita. Rasulullah saw. telah membina generasi pertama kaum mukminin atas dasar ciri-ciri tersebut. Beliau berhasil mengubah kepribadian mereka secara total serta membentuk mereka sebagai mukmin sejati yang mampu mengubah wajah sejarah dengan kekuatan pribadi 24 Ibid., Rani Anggraeni Dewi, “Kepribadian Psikologi Al-Qur’an”, diakses pada 28 Juni 2017. Jurnal Penelitian, Vol. 11, No. 2, Agustus 2017 479Psikologi dan Kepribadian Manusia....dan kemuliaan akhlak Singkatnya, kepribadian orang beriman dapat menjadi teladan bagi orang Orang Kar Ka2 >ru>nSementara itu, ciri-ciri orang kar yang diungkapkan dalam Al-Qur’an antara lain a suka putus asa; b tidak menikmati kedamaian dan ketenteraman dalam kehidupannya; c tidak percaya pada rukun iman yang selama ini menjadi pedoman keyakinan umat Islam; d mereka tidak mau mendengar dan berpikir tentang kebenaran yang diyakini kaum Muslim; e mereka sering tidak setia pada janji, bersikap sombong, suka dengki, cenderung memusuhi orang-orang beriman; f mereka suka kehidupan hedonis, kehidupan yang serba berlandaskan hal-hal yang bersifat material; tujuan hidup mereka hanya kesuksesan duniawi, sehingga sering kali berakibat ketidakseimbangan pada kepribadian; g mereka pun tertutup pada pengetahuan ketauhidan, dan orang kar sebagaimana yang tergambar dalam Al-Qur’an tersebut menyebabkan mereka kehilangan keseimbangan kepribadian, yang akibatnya mereka mengalami penyimpangan ke arah pemuasan syahwat serta kesenangan lahiriah dan duniawi. Hal ini membuat mereka kehilangan satu tujuan tertentu dalam kehidupan, yaitu beribadah kepada Allah dan mengharap rida-Nya untuk mengharap magrah serta pahala-Nya di dunia dan Orang Munak Muna3 >qu>nMunak adalah segolongan orang yang berkepribadian sangat lemah dan bimbang. Adapun di antara sifat atau watak orang munak yang tergambar dalam Al-Qur’an antara lain a mereka “lupa” dan menuhankan sesuatu atau seseorang selain Allah swt.; b dalam berbicara mereka suka berdusta; c 26 Muhammad Utsman Najati, Psikologi dalam Al-Qur’an, 384. 27 Rani Anggraeni Dewi, “Kepribadian Psikologi Al-Qur’an”, diakses pada 28 Juni Muhammad Utsman Najati, Psikologi dalam Al-Qur’an, 387-389. Aat Hidayat480 Jurnal Penelitian, Vol. 11, No. 2, Agustus 2017mereka menutup pendengaran, penglihatan, dan perasaannya dari kebenaran; d orang-orang munak ialah kelompok manusia dengan kepribadian yang lemah, peragu, dan tidak mempunyai sikap yang tegas dalam masalah keimanan; e mereka bersifat hipokrit, yakni sombong, angkuh, dan cepat berputus kepribadian orang munak yang paling mendasar adalah kebimbangannya antara keimanan dan kekaran serta ketidakmampuannya membuat sikap yang tegas dan jelas berkaitan dengan keyakinan bertauhid. Dengan demikian, umat Islam sangat beruntung mendapatkan rujukan yang paling benar tentang kepribadian dibanding teori-teori lainnya, terutama diyakini rujukan tersebut adalah wahyu dari Allah swt. yang disampaikan kepada Nabi Muhammad saw., manusia teladan kekasih Allah. Oleh karena itu pula, Nabi Muhammad saw. diutus oleh Allah swt. ke muka bumi untuk memainkan peran sebagai model insa>n ka>mil bagi umat manusia. Kepribadian dalam kehidupan sehari-hari mengandung sifat-sifat manusiawi kita, alam pikiran, emosi, bagian interior kita yang berkembang melalui interaksi indra-indra sik dengan lingkungan. Namun lebih dalam lagi, kepribadian sesungguhnya merupakan produk kondisi jiwa nafs kita yang saling berhubungan. Atau, dapat dikatakan pula bahwa kepribadian seseorang berbanding lurus dengan kondisi jiwanya nafs.30Berangkat dari teori kepribadian manusia sebagaimana dipaparkan di atas, maka kita dapat membagi kepribadian manusia menjadi dua macam, yaituKepribadian Kemanusiaan 4 BasyariyyahKepribadian kemanusiaan di sini mencakup kepribadian individu dan kepribadian ummah. Kepribadian individu di antaranya melliputi ciri khas seseorang dalam bentuk sikap, tingkah laku, dan intelektual yang dimiliki masing-masing secara 29 Rani Anggraeni Dewi, “Kepribadian Psikologi Al-Qur’an”, diakses pada 28 Juni Ibid. Jurnal Penelitian, Vol. 11, No. 2, Agustus 2017 481Psikologi dan Kepribadian Manusia....khas sehingga ia berbeda dengan orang lain. Dalam pandangan Islam, manusia memang mempunyai potensi yang berbeda al-farq al-fardiyyah yang meliputi aspek sik dan psikis. Selanjutnya, kepribadian ummah meliputi ciri khas kepribadian muslim sebagai suatu ummah bangsa/negara muslim yang meliputi sikap dan tingkah laku ummah muslim yang berbeda dengan ummah lainnya, mempunyai ciri khas kelompok dan memiliki kemampuan untuk mempertahankan identitas tersebut dari pengaruh luar, baik ideologi maupun lainnya yang dapat memberikan dampak Samawi Kewahyuan 5 Kepribadian samawi kewahyuan adalah corak kepribadian yang dibentuk melalui petunjuk wahyu dalam kitab suci Al-Qur’an, sebagaimana termaktub dalam rman Allah sebagai bahwa yang kami perintahkan ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan yang lain, karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalannya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa. al-An’am [6] 153Kepribadian Manusia dalam Perspektif Pendidikan Islam4. Berbicara tentang kepribadian manusia dalam perspektif pendidikan Islam bisa dilihat dari dua aspek yang berkaitan dengan kepribadian manusia dalam Al-Qur’an sebagaimana telah dijelaskan di depan. Pembahasan terkait kepribadian manusia ini selanjutnya diarahkan pada peran dan fungsi pendidikan dalam membentuk kepribadian manusia sebagaimana diidealkan oleh Al-Qur’ berkaitan dengan kepribadian dan aspek rohaniah manusia. Sebagaimana telah dipaparkan di depan, manusia dalam bahasa Arab berasal dari kata insan, yang berasal dari kata nasiya 31 Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Telaah Sistem Pe -didikan dan Pemikiran Para Tokohnya Jakarta Kalam Mulia, 2009, 263. Aat Hidayat482 Jurnal Penelitian, Vol. 11, No. 2, Agustus 2017yang berarti lupa dan al-uns atau anisa yang berarti jinak. Dari asal mula istilah manusia ini dapat disimpulkan bahwa manusia sebenarnya bersifat jinak, dalam arti dapat menyesuaikan diri dengan situasi atau kondisi lingkungan dan kehidupan yang dihadapinya. Manusia juga pandai beradaptasi dengan perubahan yang dijumpainya, baik berkaitan dengan perubahan alamiah maupun perubahan sosial. Dengan demikian, sejatinya manusia itu tidak liar, mampu menghargai tata aturan etika, sopan santun, serta aturan-aturan Untuk menjaga dan mewujudkan sifat manusia sebagaimana dijelaskan tadi, peran pendidikan Islam sangat urgen. Pendidikan Islam harus mampu menjaga kesejatian manusia sebagai makhluk berbudaya yang sarat dengan etika dan sopan santun. Hal ini dapat ditempuh melalui proses belajar. Sebab, dengan proses belajar inilah manusia dapat memahami sesuatu, baik secara potensial maupun aktual, sehingga manusia dapat merancang tindakan agar memberikan manfaat dan kemaslahatan bagi kehidupan dan Kedua, berkaitan dengan sik serta aspek lahiriah dan jasmaniah manusia. Dalam wilayah ini bisa didenisikan, manusia berasal dari bahasa Arab basyar yang berarti kulit manusia atau proses kematian. Artinya, dalam denisi ini, manusia adalah makhluk sik yang akan berakhir dengan kematian. Dapat pula diartikan bahwa manusia adalah makhluk sik yang dipengaruhi oleh dorongan kodrat alamiah seperti makan, minum, tidur, dan sebagainya. Melalui aspek sik ini, gagasan, pemikiran, bahkan perasaan manusia dapat diwujudkan dalam bentuk hasil karya dan cipta manusia yang menempati ruang tertentu dan dapat diraba seperti lukisan, tarian, pahatan, dan Dari dua denisi tentang kepribadian manusia dalam perspektif pendidikan Islam tadi, dapat diberikan garis bawah 32 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam Jakarta Gaya Media Pratama, 2005, 80-82. 33 Ibid., Ibid., 86-87. Jurnal Penelitian, Vol. 11, No. 2, Agustus 2017 483Psikologi dan Kepribadian Manusia....bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki kelengkapan aspek. Selain punya sisi jasmani, manusia juga memiliki aspek rohani. Pengertian tentang kepribadian manusia yang komprehensif dalam perspektif pendidikan Islam ini meniscayakan gerak dan wilayah pendidikan Islam harus menyentuh segala aspek manusia. Tidak hanya menyentuh aspek kognitif, tapi juga aspek afektif, dan aspek psikomotorik. Tiga wilayah dan pekerjaan besar pendidikan Islam dalam membina kepribadian manusia ini selaras dengan denisi manusia sempurna insa>n ka>mil menurut Islam. Manusia sempurna, sebagaimana dijelaskan oleh Ahmad Tafsir, haruslah memiliki kelengkapan aspek yang mencakup a jasmaninya sehat serta kuat; b akalnya cerdas serta pandai; c hatinya penuh keimanan kepada Dengan demikian, gerak dan langkah pendidikan Islam dalam membina kepribadian manusia harus selaras dengan tujuan pendidikan Islam yang bersifat komprehensif, yakni mencakup tujuan pada aspek jasmani, akal, dan hati. SimpulanC. Itulah beberapa gambaran mengenai psikologi dan kepribadian manusia dalam perspektif Al-Qur’an dan perspektif pendidikan Islam. Tentu gambaran di atas belum sepenuhnya berhasil meng-cover keseluruhan maksud Al-Qur’an dan perspektif pendidikan Islam mengenai manusia dengan segala kepribadiannya yang sangat kompleks. Sebab, begitu luasnya aspek kepribadian manusia sehingga usaha untuk mengungkap hakikat manusia merupakan pekerjaan yang sukar. Walaupun demikian, paling tidak penjelasan di atas dapat memberikan gambaran bahwa manusia memiliki dua potensi yang saling berlawanan, yaitu potensi baik dan potensi buruk. Dua potensi ini lantas memilah manusia ke dalam tiga kategori, yaitu mukmin, kar, dan munak. 35 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam Bandung Remaja Rosdakarya, 2013, 63. Aat Hidayat484 Jurnal Penelitian, Vol. 11, No. 2, Agustus 2017Pembinaan kepribadian manusia lewat pendidikan Islam yang baik akan menuntun manusia agar bisa memperkokoh potensi baiknya sehingga ia bisa memaksimalkan tugas utamanya untuk beribadah kepada Allah swt. a>bid dan menjadi khalifah Allah swt. di muka bumi khali>fah > al-ard}. Sebaliknya, pembinaan kepribadian manusia yang kurang maksimal akan memerosokkan manusia ke dalam derajat yang sangat rendah, bahkan lebih rendah dari binatang ka al-ana>m bal hum ad{all. Oleh karena itu, menjadi tugas pendidikan Islam untuk menjaga dan membentuk kepribadian manusia, sehingga ia menjadi manusia paripurna insa>n ka>mil yang mampu memaksimalkan peran dan tugasnya sebagai hamba yang mengabdi kepada Allah swt. a>bid dan menjadi khalifah Allah swt. di muka bumi khali>fah > al-ard}. [ ] Jurnal Penelitian, Vol. 11, No. 2, Agustus 2017 485Psikologi dan Kepribadian Manusia....DAFTAR PUSTAKAAsy’arie, Musa. Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam Al-Qur’an. Yogyakarta LESFI, Muhammad Fuad Abd. al-Mujam al-Mufahras li Alfa>z} Al-Qur’a>n Al-Kari>m. Beirut Dar al-Fikr, Rani Anggraeni. “Kepribadian Psikologi Al-Qur’an”, diakses pada 28 Juni Muhammad Utsman. Psikologi dalam Al-Qur’an Terapi Qur’ani dalam Penyembuhan Gangguan Kejiwaan, terj. M. Zaka al-Farisi. Bandung Pustaka Setia, Abuddin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta Gaya Media Pratama, dan Samsul Nizar. Filsafat Pendidikan Islam Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya. Jakarta Kalam Mulia, 2009. Shihab, M. Quraish. Wawasan Al-Qur’an Tafsir Tematik atas Pelbagai Persoalan Umat. Bandung Mizan, Umar. Kontekstualitas Al-Qur’an Kajian Tematik atas Ayat-ayat Hukum dalam Al-Qur’an. Jakarta Penamadani, Aisyah Abdurrahman Bintusy. Manusia Sensitivitas Hermeneutika Al-Qur’an, terj. M. Adib al-Arief. Yogyakarta LKPSM, Ahmad. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung Remaja Rosdakarya, dkk. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta Bumi Aksara, 2004. Aat Hidayat486 Jurnal Penelitian, Vol. 11, No. 2, Agustus 2017halaman ini bukan sengaja dikosongkan ... Unsur yang berasal dari luar diri antara lain realitas/fakta dan informasi awal berupa ilmu pengetahuan. Hidayat 2018 berpendapat bahwa kepribadian dipengaruh oleh faktor lingkungan, pendidikan, dan pengalaman hidup. ...Entin KurniatinPersonality and social character relate to good and bad human behavior. Personality and social character are the basis for knowing oneself which can help a person to control his desires, protect himself from deviant behavior and direct his life towards goodness and harmony in behavior. The phenomenon of the emergence of various personality deviations and social characters among the younger generation is a problem that must be resolved immediately because it will lead to disharmony in the life of society and the nation. Pesantren is an educational institution that can be a solution to solving moral problems that occur. The education held at the pesantren is very relevant in developing the personality and social character of students so that they become Islamic individuals. The purpose of this study was to determine the planning, implementation, and results of personality development and social character through habituation at Nurul Amal Ciamis Islamic Boarding School. This research uses a qualitative approach. Data collection techniques are carried out through interviews, observation, and documentation. The validity of the data in this study used triangulation techniques. The data analysis technique used is descriptive narrative. Data collection procedures use data reduction techniques, data presentation, and conclusions. The results of this study indicate that the planning for the development of the personality and social character of students through habituation at the Nurul Amal Islamic Boarding School through the creation of curricula, program activities, preparation of teaching human resources, and the availability of supporting infrastructure. The implementation of personality and social character development is carried out by asatidz and asatidzah with habituation through annual, semester, monthly, daily and spontaneous programs. The personalities of students that are formed are the correct faith, correct worship, morality, independence, broad insight, in good health, regular in matters, guarding time, fighting lust, and beneficial to others. Meanwhile, the social characters that are formed are social care, environmental care, tolerance, communication, and responsibility. Jarman ArroisiNovita Najwa HimayaDepression is one of the most common mental illnesses today. Due to the considerable influence of depression in daily activities, sufferers experience deep sadness and grief and even take solutions by suicide. Although some doctors and psychologists have presented many solutions, depression is still a rampant mental illness at any time. In this case, a Muslim psychologist of Afghanistan origin named Abu Zayd Al-Balkhi, explained the various causes of depression followed by its symptoms and factors. Not spared from symptoms and factors, Al Balkhi also explained the steps and solutions for people with depression. The method used by Al-Balkhi that has never been done by Muslim psychologists before is with cognitive theory. Regarding depression, Al Balkhi's discussion was supported by earlier Islamic scholars who also wrote in his work on the prevention of grief depression. This study used a literature study by collecting data and information on the importance of depression prevention and how to treat people with depression. The results of this study explain how important a person is in enduring feelings of sadness and loss that will result in depression. Hasan Elqudsyx Tafsir Tematik Ayat-Ayat Psikologis Buku yang berada di tangan pembaca ini, sebagaimana dikatakan oleh penulisnya adalah jilid pertama dari dua jilid yang rencannya akan menyusul. Di dalam jilid pertama ini dibahas 10 tema-tema penting terkait Psikologi Islam. Yaitu Jiwa Dalam Al-Qur`an; Tafsir Surat Al-Syamsy 7-10, Karakter Jiwa MuṬmainnah; Tafsir Surat Al-Fajr 27-30, Karakter Jiwa Lawwāmah; Tafsir Surat Al-Qiyāmah 2, Karakter Jiwa Al-Ammārah; Tafsir Surat Yūsuf 53, Perilaku Kehidupan Sengsara; Tafsir Surat Ṭāhā 124-127, Kepribadian Mukmin Dan Psychological Well Being; Tafsir Surat Al-Fajr 27-30, Sikap Hidup Materialisme; Tafsir Surat Al-JāṠiyyah 23-24, Sikap Hidup Istikamah; Tafsir Surat FuṢṢilat 30-32, Keluh Kesah Dan Adversity Quotient AQ; Tafsir Surat Al-Ma’ārij 19-35, Salat Dan Pengaruhnya Terhadap Jiwa; Tafsir Surat Al-Ankabūt 45. Karya ini diperkaya dengan berbagai rujukan tafsir klasik dan kontemporer serta beragam jurnal terkait. Menjadikan sebuah karya yang layak untuk dijadikan bacaan dan referensi bagi para pecinta kajian psikologi Islam. Dengan bahasa sederhana, penulis berusaha mendekatkan pemahaman pembaca kepada isyarat-isyarat psikologis yang terdapat dalam ayat Alquran. Metode tafsir tematik yang dipilih, menjadikan karya ini seperti hidangan siap saji, yang menjadikan pembaca terasa ringan untuk melahapnya. Adalah sebuah karya yang terbilang masih langka dan patut mendapatkan apresiasi. Sebuah karya yang insya Allah akan menjadi kontribusi besar dalam pengembangan psikologi Islam di Indonesia. Selamat Khoirunnisaa’The study of aspects of human behavior in a particular group which includes aspects caused by the influence of organizations on humans as well as human influences on organizations including organizational behavior. There are two factors that influence individual behavior towards Islamic educational institutions, namely internal and external factors. Internal factors include heredity heredity or innate. External factors include the environment, maturity or experience and education. While the individual behavior analysis variables include psychological, physiological and environmental variables. Psychological variables include perceptions, personality attitudes, learning and motivation. Physiological variables include physical abilities and mental abilities. And environmental variables include family, culture and social class. As an initial understanding to be able to understand individual behavior well, it is necessary to understand the characteristics inherent in individuals which include biographical characteristics, personality, perceptions and attitudes. The verses of the Qur'an relating to individual behavior form the basis that Islamic educational institutions have hinted that humans have positive and negative potentials in behavior, and in essence the positive potential of humans is stronger than their negative Pembentuk Kebudayaan dalam Al-Qur'an. Yogyakarta LESFIMusa Asy'arieAsy'arie, Musa. Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam Al-Qur'an. Yogyakarta LESFI, Psikologi Al-Qur'anRani DewiAnggraeniDewi, Rani Anggraeni. "Kepribadian Psikologi Al-Qur'an", diakses pada 28 Juni dalam Al-Qur'an Terapi Qur'ani dalam Penyembuhan Gangguan Kejiwaan, terj. M. Zaka al-FarisiMuhammad NajatiUtsmanNajati, Muhammad Utsman. Psikologi dalam Al-Qur'an Terapi Qur'ani dalam Penyembuhan Gangguan Kejiwaan, terj. M. Zaka al-Farisi. Bandung Pustaka Setia, Pendidikan Islam Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya. Jakarta Kalam MuliaSamsul Ramayulis DanNizarRamayulis dan Samsul Nizar. Filsafat Pendidikan Islam Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya. Jakarta Kalam Mulia, Al-Qur'an Tafsir Tematik atas Pelbagai Persoalan UmatM ShihabQuraishShihab, M. Quraish. Wawasan Al-Qur'an Tafsir Tematik atas Pelbagai Persoalan Umat. Bandung Mizan, Al-Qur'an Kajian Tematik atas Ayatayat Hukum dalam Al-Qur'anUmar ShihabShihab, Umar. Kontekstualitas Al-Qur'an Kajian Tematik atas Ayatayat Hukum dalam Al-Qur'an. Jakarta Penamadani, Pendidikan Islam. Bandung Remaja RosdakaryaAhmad TafsirTafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung Remaja Rosdakarya, ZuhairiniFilsafat PendidikanIslamZuhairini, dkk. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta Bumi Aksara, 2004. soK4.
  • 96lj8p7wih.pages.dev/396
  • 96lj8p7wih.pages.dev/112
  • 96lj8p7wih.pages.dev/491
  • 96lj8p7wih.pages.dev/197
  • 96lj8p7wih.pages.dev/346
  • 96lj8p7wih.pages.dev/95
  • 96lj8p7wih.pages.dev/351
  • 96lj8p7wih.pages.dev/201
  • hadits tentang kelebihan dan kekurangan manusia